Aulia Akbar Senin, 23 Juli 2012 07:09 wib Foto : Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (pakistancyberforce) TEHERAN - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad memandang penguatan sanksi ekonomi yang diberlakukan Barat terhadap Iran sebagai bentuk dari perang besar. Meski demikian, Iran terus berjuang untuk bertahan dari sanksi ekonomi itu. "Pertempuran besar sudah dimulai oleh negara musuh kepada Iran. Sebagian besar Pemerintah Iran tengah bekerja untuk mengatasi hal ini. Pemerintah Iran tidak akan menyerahkan sedikit pun hak-haknya, kepada musuh kita yang lemah dan matrealis," ujar Ahmadinejad, seperti dikutip IRNA, Senin (23/7/2012). Pidato Ahmadinejad muncul dua pekan setelah Uni Eropa memberlakukan embargo minyak ke Iran. Amerika Serikat (AS) juga menjatuhkan sanksi perbankan ke karena Negeri Persia masih melanjutkan proses pengayaan uranium. Sejumlah pengamat ekonomi mengatakan, harga dari barang-barang yang diimpor Iran naik sebesar 20 hingga 30 persen, karena adanya sanksi dari Barat. Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengakui, 20 persen masalah perekonomian yang saat ini terjadi di Iran, disebabkan karena adanya sanksi tersebut. Sejauh ini, Iran menilai, proses dasar untuk pengembangan energi nuklir adalah pengayaan uranium. Iran juga menjelaskan kembali bahwa program nuklir yang di negaranya bersifat damai. Iran juga tidak memiliki niat untuk membangun senjata nuklir. Iran pun memandang kebuntuan dialog nuklir yang digelar antara Iran dan sejumlah negara Barat disebabkan karena tidak adanya kesepakatan yang adil pascadialog itu. Namun Iran tetap mengedepankan proses dialog untuk menyelesaikan isu nuklir tersebut.. Keberadaan program nuklir itu tampaknya menjadi salah satu ancaman khusus bagi Barat dan juga Israel. Hingga kini, ketegangan antara Israel dan Iran juga masih bisa dirasakan.(AUL)