Sultanah Jawa Pertama dan Perempuan dalam Keraton
03 Januari 2019, 09:00:08 Dilihat: 623x

Jakarta, CNN Indonesia -- Saat anak terakhir Sri Sultan Hamengkubawono (HB) X bersama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang lahir pada 18 Oktober 1986 juga berjenis kelamin perempuan, nasib GKR Pembayun berubah. Sebagai keturunan pertama HB X, meski perempuan, ia harus bersiap diri, termasuk untuk naik takhta.
Kini, sekitar 30 tahun usai kelahiran adik terakhirnya, panggilan itu menjadi nyata.
Pada 2015, HB X menganugerahinya gelar Mangkubumi. Namanya menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Ia menjadi perempuan pertama dalam Kesultanan Yogyakarta yang mendapat gelar Mangkubumi, meski belum pasti naik takhta jadi sultanah.
Ditemui CNNIndonesia.com di Bangsal Trajumas, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta beberapa waktu lalu, GKR Mangkubumi yang baru saja menyelesaikan latihan Tari Bedhaya Sang Amuwarbumi menceritakan masa kecilnya sebelum kini sosoknya jadi kontroversi.
Ditemani matahari yang mulai terbenam di ufuk barat, sambil sesekali mengelap peluh di wajahnya, GKR Mangkubumi mengenang bagaimana masa kecilnya tak terbelenggu tembok Keraton meski ia calon pewaris takhta. Ia bahkan dibiarkan mengenyam pendidikan di sekolah publik.
"Yang membedakan adalah kita mempunyai tanggung jawab yang lebih karena kita punya kewajiban untuk mengemban budaya yang ada di Keraton dan melestarikan," katanya.
Untuk itu, sejak remaja ia sudah diajari bagaimana menjadi mandiri oleh orang tuanya. Ia dibiarkan hidup jauh dari rumah. Sempat bersekolah di SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, ia meneruskan pendidikan di International School of Singapore, Singapura.
Dari Singapura, ia merantau lebih jauh lagi demi wawasan dan pengalaman. GKR Mangkubumi sempat berkuliah di beberapa universitas di California, Amerika Serikat, sampai akhirnya berlabuh dan lulus di Griffith University Brisbane, Queensland, Australia.
Meski hidup dari satu negara ke negara lain, GKR Mangkubumi tak lupa dengan asalnya. Setiap tahun ia pulang kampung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Sejauh-jauhnyanya kalian pergi untuk mengejar pengetahuan atau ilmu, harus diingat bahwa kalian bagaimana pun juga adalah orang Timur yang harus terus mengetahui adat dan istiadat kalian dilahirkan," kata GKR Mangkubumi menirukan pesan orang tuanya.
Setelah lulus dan kembali ke Indonesia, GKR Mangkubumi menduduki sejumlah posisi penting. Mulai dari memimpin beberapa perusahaan milik Keraton, sampai menjabat sebagai Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY dan Ketua Kadin DIY.
Di dalam Keraton, ia juga punya andil. Ia menjadi pemimpin kegiatan keputren (bagian istana tempat tinggal para putri raja). Ia juga memimpin keempat adiknya.
"Dulu kami enggak pernah akur berlima, hahahaha. Kami baru akur setelah semua bekerja dan menikah, karena saat itu kami punya bahasa yang sama," kata GKR Mangkubumi.
Adik-adiknya pun mendukung ia sebagai penerus sang ayah.
Tanggung jawabnya bertambah ketika HB X memberinya gelar Mangkubumi melalui Dawuh Raja, 5 Mei 2015 silam. Dengan gelar itu, perempuan yang terlahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurmalita Sari itu bertugas membantu ayahnya, baik sebagai sultan maupun Gubernur DIY.
Tanggung jawabnya jelas lebih berat. Ia sendiri memilih menjadikan tanggung jawab berat itu sebagai tantangan, dan optimistis bisa menyelesaikannya, meski butuh waktu.
"Masih banyak sekali pelajaran yang harus kami pelajari, yang dulu tidak pernah kami ketahui mengenai hal-hal seperti itu. Jadi kami learning by doing," kata GKR Mangkubumi.
"Tantangan sebagai anak perempuan harus mampu menjalankan tugas yang diberikan. Juga masuk ke dalam struktur organisasi Keraton sekarang, bagaimana kita juga mengelola birokrasi Keraton," ia melanjutkan. Menurutnya, ada yang berubah soal peran perempuan dalam Keraton.
Pada masa kepemimpinan HB I sampai HB VIII, ia menilai, perempuan diposisikan di belakang pria. Posisi perempuan mulai berubah saat Keraton dipimpin HB IX.
"Bapak saya, karena anaknya perempuan semua, itu juga menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua bahwa perempuan itu harus mandiri, punya karakter kuat karena calon pemimpin masa depan, apa pun yang dipimpin," katanya menceritakan.
Kini dirinya sudah semakin dekat dengan tampuk kepemimpinan sejak bergelar Mangkubumi.
Pemberian gelar itu bagai kanker dalam tubuh Keraton. Adik-adik HB X tidak setuju dengan keputusan tersebut. GBPH Yudhaningrat dan GBPH Prabukusumo bisa dibilang yang paling vokal menentang pemberian gelar itu. Menurut GBPH Yudhaningrat pemberian gelar itu menyalahi adat dan paugeran (aturan Keraton) yang dibangun selama ribuan tahun.
GKR Pembayun memang perempuan pertama yang mendapat gelar Mangkubumi. Tapi pilihan HB X terbatas, mengingat kelima anaknya perempuan. HB X sendiri memutuskan tidak mengambil selir untuk bisa mendapatkan anak laki-laki seperti ayahnya, HB IX.
Namun menurut GKR Mangkubumi, gelarnya tidak menjamin ia menjadi penerus takhta. Yang pasti, ia yakin tidak ada arsip keraton yang membedakan mana boleh dan tidak boleh. Ia pun tidak ambil pusing menanggapi kontroversi yang berpusat pada dirinya.
"Itu yang pasti ya bagi kami. Bagi saya kan juga belum ditentukan juga. Bagi saya, terserah saja persepsi masyarakat akan seperti apa," kata GKR Mangkubumi.
Ia tidak menjawab secara pasti ketika ditanya apakah akan ada perubahan bila dirinya naik takhta nanti. Yang pasti, jadi sultan maupun sultanah, tidak boleh punya ambisi pribadi.
"Kalo kita tanggung jawab yang sifatnya amanah, tak boleh berambisi. Karena kalau kita punya ambisi berarti segala kekuatan akan kita pertaruhkan untuk suatu hal," ujarnya.
"Kalau amanah itu kan kita bicara, kalau kita dapat amanah kan harus jalani. Kalau enggak dapet ya ya sudah, kita jalani tanggung jawab saja gitu," lanjutnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.