Siasat Investasi Ketika Ekonomi Diserang Virus Corona
01 Maret 2020, 09:00:03 Dilihat: 274x

Jakarta -- Penyebaran virus corona terus menjadi perhatian semua pihak, tanpa terkecuali pelaku pasar lokal dan asing. Bukan apa-apa, wabah itu dikhawatirkan akan menginfeksi ekonomi global termasuk domestik.
Sektor pariwisata di dunia merosot karena banyak negara yang melarang penerbangan dari dan ke China demi meminimalisir penyebaran virus corona. Sektor perdagangan hingga keuangan juga ikut terkena imbas dari wabah tersebut.
Karena dampak tersebut, Dana Moneter Internasional (IMF) pesimistis realisasi pertumbuhan ekonomi global tahun ini mencapai target yang ditetapkan sebesar 2,9 persen. Lembaga itu meramalkan virus corona mempengaruhi ekonomi dunia sekitar 0,1 persen-0,2 persen.
Tak ayal, keraguan IMF tersebut membuat pasar saham rontok belakangan ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga perdagangan 27 Februari 2020 atau year to date (ytd) terkoreksi sebesar 10,92 persen.
Kalau sudah begini, masyarakat harus lebih hati-hati dalam menginvestasikan dana mereka. Salah-salah bukan untung yang didapat, tapi buntung.
Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo mengatakan di tengah kondisi tersebut masyarakat memang sebaiknya menjauhi pasar saham. Pasalnya, kondisi ekonomi sedang diliputi ketidakpastian. Langkah tersebut perlu dilakukan karena investasi saham berisiko tinggi.
"Saham bergerak sangat fluktuatif. Pergerakannya bisa naik dan turun hingga 20 persen dalam jangka pendek," ujar Budi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (28/2).
Budi menyarankan agar masyarakat mendiversifikasi investasi mereka ke instrumen berisiko rendah, seperti emas, obligasi, dan deposito. Emas ia sarankan karena sejak dulu memang sudah terkenal sebagai investasi yang lebih aman ketimbang instrumen lainnya.
Setiap ekonomi lesu, emas selalu menjadi pelarian pasar untuk berinvestasi.
"Emas selalu berbanding terbalik dengan saham. Setiap saham turun, emas naik," kata Budi.
Budi benar. Di tengah penurunan kinerja IHSG belakangan ini, harga emas belakangan justru kian berkilau. Mengutip laman resmi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, harga emas pada perdagangan 27 Februari 2020 sudah tembus ke level Rp813 ribu per gram.
Padahal, pada 2 Januari 2020 harganya masih di level Rp762 ribu per gram. Artinya, masyarakat untung sekitar 6,69 persen jika berinvestasi emas sejak awal tahun. Tingkat keuntungannya memang satu digit, tapi setidaknya masyarakat tak merugi.
"Potensi keuntungan tidak sebesar aset berisiko, tapi keuntungannya lebih pasti," imbuh Budi.
Selain emas, masyarakat katanya, juga bisa mengalihkan investasi mereka ke deposito. Memang, Budi menyatakan deposito menawarkan keuntungan kecil.
Tapi keuntungan yang ditawarkan deposito lebih pasti. Mengutip salah satu data perbankan nasional, bunga deposito untuk dana kurang dari Rp2 miliar dengan tenor satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan 12 bulan mendapatkan bunga 4,5 persen per tahun.
Kemudian, deposito lebih dari Rp2 miliar tapi kurang dari Rp5 miliar akan mendapatkan bunga sebesar Rp4,5 persen per tahun untuk tenor satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan. Sementara, tenor 12 bulan dapat bunga 4,75 persen per tahun.
"Biasanya untuk yang menghindari risiko, deposito jadi pilihan karena keuntungannya pasti," terang Budi.
Selain itu, obligasi juga bisa menjadi alternatif dalam berinvestasi ketika ekonomi sedang lesu. Harga obligasi umumnya meningkat jika ada sentimen negatif di pasar.
"Nah obligasi ini kan bisa dijual meski belum jatuh tempo. Jadi pemilik obligasi sebelumnya bisa menjual obligasi dengan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya," ujar Budi.
Namun, tingkat imbal hasil obligasi akan berbanding terbalik dengan harga. Jika harga menguat, maka imbal hasil obligasi akan turun.
"Tapi penurunan imbal hasil tidak menjadi soal karena penurunan tipis dan kalau sudah mendekati jatuh tempo akan kembali seperti semula," jelas Budi.
Sementara itu, Perencana Keuangan Zelts Consulting Ahmad Ghozali mengatakan pemindahan dana dari investasi berisiko tinggi ke risiko yang lebih rendah bukan untuk mencari keuntungan. Langkah tersebut perlu dilakukan demi membatasi kerugian.
"Memindahkan dana dari investasi berisiko tinggi ke safe haven tujuannya bukan untuk menarik keuntungan, karena sulit memperkirakan berapa imbal hasilnya di tengah ketidakpastian seperti ini," terang Ahmad.
Sama seperti Budi, ia juga menyarankan masyarakat berinvestasi ke produk yang lebih aman, seperti obligasi dan emas saat ekonomi sedang tak pasti. Kedua instrumen itu dianggap lebih stabil atau tak terlalu berfluktuasi seperti saham.
Kendati begitu, bukan berarti saat ini investasi saham menjadi haram . Menurut Ahmad, masyarakat yang lebih agresif bisa tetap bertransaksi saham jika berani menghadapi risiko.
Apalagi, saham kini sedang murah-murahnya. Tingkat risikonya memang tinggi, tapi tetap bisa untung jika masyarakat jeli melihat pergerakan bursa saham.
"Ada peluang juga di pasar saham saat terjadi koreksi besar-besaran. Misalnya saham incaran yang secara fundamental baik, ikut turun harganya sehingga ada kesempatan untuk membeli di harga rendah," kata Ahmad.
Hanya saja, Ahmad mengingatkan pelaku pasar untuk benar-benar waspada dengan terus memantau perkembangan virus corona dan isu lainnya. Dengan demikian, investor tetap bisa meraih cuan dari pasar saham.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.