Jakarta -- PT Bukit Asam Tbk membagikan dividen sebesar Rp3,76 triliun atau 75 persen dari total laba bersih perusahaan sepanjang 2018 yakni Rp5,02 triliun.
Hal itu diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan. Selain dividen, pemegang saham juga memutuskan perubahan nomenklatur jabatan guna penyelarasan dan efektivitas koordinasi di internal Holding Indutri Pertambangan.
Pencapaian laba bersih perseroan Rp5,02 triliun atau naik 12 persen dari laba bersih 2017 yakni Rp4,48 Triliun. Sementara itu, perusahaan juga mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 9 persen menjadi Rp21,17 triliun.
Ini terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar 49 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 48 persen dan aktivitas usaha lain seperti penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah mencapai 3 persen.
"Kenaikan pendapatan usaha ini ditopang oleh peningkatan pendapatan penjualan batu bara ekspor yang signifikan sebesar Rp2,44 triliun," demikian keterangan tertulis perseroan, Senin (29/4).
Volume penjualan batu bara pada 2018 mencapai 24,69 juta ton atau mengalami kenaikan 4 persen dibandingkan dengan 2017. Pencapaian volume penjualan ini memiliki komposisi 56 persen untuk pasar domestik dan 44 persen untuk pasar ekspor. Sepanjang 2018, produksi batu bara perseroan mengalami kenaikan sebesar 9 persen dari tahun sebelumnya menjadi 26,36 juta ton.
Sementara itu, angkutan batu bara dengan kereta api juga mengalami kenaikan sebesar 1,32 juta ton menjadi 22,69 juta ton pada 2018.
"Pencapaian gemilang ini tak lepas dari strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Hong Kong dan Thailand, di tengah pembatasan impor yang dilakukan oleh China," demikian perseroan.
Pada 2019, PT Bukit Asam menargetkan penjualan batu bara menjadi sebesar 28,38 juta ton. Ini terdiri dari 13,67 juta ton penjualan domestik dan 14,71 juta ton penjualan ekspor. Target penjualan 2019 ini meningkat 15 persen dari realisasi penjualan batu bara pada 2018.
"Peningkatan target penjualan ini ditopang oleh rencana penjualan ekspor untuk batu bara medium to high calorie ke premium market sebesar 3,8 juta ton," demikian Bukit Asam.
Untuk mendukung target penjualan, perseroan juga menargetkan produksi batu bara sebesar 27,26 juta ton atau naik 3 persen dari realisasi produksi 2018 sebesar 26,36 juta ton.
Selain itu, angkutan batu bara dengan kereta api juga ditargetkan naik 28,38 juta ton dengan komposisi Tanjung Enim menuju Tarahan sebesar 21 juta ton dan Tanjung Enim menuju Kertapati sebesar 4,3 juta ton.
Secara total, angkutan batubara dari lokasi tambang sebesar 23,10 juta ton. Ini masing-masing 19,40 juta ton ke Pelabuhan Tarahan, Lampung dan 3,70 juta ton ke Dermaga Kertapati, Palembang.
Sumber : cnnindonesia.com