Rabu, 26 Desember 2012 09:53 wib
Ilustrasi. (Foto: Heru Haryono/okezone)
Dengan melihat tren pertumbuhan dan daya tahan ekonomi Asia, banyak kalangan memprediksi abad ke-21 merupakan Abad Asia.Kekuatan ekonomi Asia tumbuh dimulai oleh Jepang yang lebih dulu berkembang pada era 1970-1990-an.
Dewasa ini ekonomi Asia tidak hanya Jepang, tetapi negara-negara seperti China, India, Korea Selatan, Indonesia, Taiwan, Singapura, dan negara-negara lain bersama-sama menumbuhkan dan saling memperkuat kerja sama baik bilateral maupun multilateral. Konsolidasi Asia terus berlangsung dengan kerja sama seperti ASEAN, ASEAN+, Asia Timur, dan APEC. Kerjasama ekonomi di bidang perdagangan, investasi, modal, tenaga kerja, dan policy-coordination terus ditingkatkan.
Salah satu contoh konsolidasi Asia ditunjukkan dengan adanya ASEAN-India Commemorative Summit 2012 yang berlangsung pada 20-21 Desember 2012 di New Delhi, India. Forum ini menekankan perlunya memperluas dan memperkuat hubungan ASEAN, India sebagai bagian penting dan strategis bagi keberlangsungan ekonomi dunia. Hubungan ASEAN sebagai representasi kawasan Asia Tenggara dan India sebagai pusat pertumbuhan Asia Selatan perlu terus ditingkatkan mengingat kedua kawasan ini diharapkan dapat mendorong pemulihan global.
KTT ASEAN-India Vision Statement 2020 ditargetkan untuk membuat peta arah masa depan hubungan ASEAN dan India. Kerja sama dengan India bagi Indonesia merupakan perwujudan komitmen untuk meningkatkan ketahananregional Asia dan upaya menciptakan perekonomian kawasan yang tahan terhadap dampak krisis global. Bagi Indonesia, India merupakan mitra dagang terbesar keempat setelah China, Jepang, dan Amerika Serikat.
Strategisnya India bagi Indonesia juga lantaran ekonomi India yang tumbuh pesat dan membuka pasar ekspor bagi produk nasional. Kemitraan bisnis dan investasi bagi sejumlah proyek pembangunan infrastruktur berpotensi terus dikembangkan. Selain India, Indonesia dalam kerangka ASEAN juga aktif mengembangkan kerja sama ekonomi dengan kekuatan ekonomi Asia lainnya seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Ekonomi Asia
Pascakrisis 2008, ekonomi Asia terus berkembang menjadi kekuatan besar penopang ekonomi global. Kebangkitan Asia yang dimotori China dan India memberikan sinyal perubahan kontur ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir. Selama 2011, ekonomi Asia tumbuh 5,9 persen, sementara ekonomi dunia hanya 3,9 persen. Kebangkitan ekonomi Asia ditopang khususnya oleh negara developing Asia yang secara agregat tumbuh 7,2 persen.
Ini ditopang oleh kawasan Asia Timur yang tumbuh 8,0 persen dimotori oleh China (9,2 persen) di 2011, kawasan Asia Selatan tumbuh 6,2 persen ditopang India (6,5 persen) dan Asia Tenggara tumbuh 4,5 persen ditopang Indonesia (6,5 persen). Sampai akhir 2012, pertumbuhan Asia diyakini masih mampu di kisaran enam persen, sementara pertumbuhan dunia diproyeksikan 3,3 persen. Asia merupakan kawasan yang diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan global dengan kinerja ekonomi sebagian besar negara emerging Asia yang tumbuh beberapa tahun terakhir.
Harapan dunia pada Asia tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan global, tetapi juga dapat menahan laju perlambatan yang berpotensi melahirkan krisis ekonomi baru. China, India, dan Indonesia selama dua tahun berturut-turut merupakan negara penyumbang pertumbuhan global dan menjadi episentrum pertumbuhan kawasan Asia. Bergesernya lanskap ekonomi global ke kawasan Asia diyakini merupakan era baru kebangkitan Asia dengan sejumlah emerging market yang terus bertumbuh.
Kinerja ekonomi Asia ini juga diyakini akan menjadi episentrum pertumbuhan dunia pada periode-periode selanjutnya. Era baru kebangkitan Asia yang dimotori China, India, dan Indonesia telah mengubah dan menggugurkan paradigma ekonomi yang selama ini diyakini. Paradigma liberalisasi ekonomi dan full economy controlled ternyata bukanlah pilihan yang tepat di saat ini. Dibutuhkan ketepatan meramu kadar dari penggunaan kedua paradigma tersebut untuk menghadirkan kestabilan dan keberlanjutan.
Kombinasi ini dikenal dengan paradigma the mixed economy. Kestrategisan Asia sebagai motor pertumbuhan dunia di samping kinerja ekonomi juga mengingat kontribusi Asia terhadap ekonomi global yang cukup besar. Asia merupakan kawasan dengan jumlah populasi 3,9 miliar penduduk atau setara dengan 56 persen populasi dunia. Produk domestik bruto (PDB) Asia mencapai 34,3 persen dari PDB dunia 2011. Ekspor barang Asia ke dunia mencapai USD5.534 miliar atau 31,1 persen total ekspor dunia dan ekspor jasa Asia ke dunia USD1.096 miliar atau 26,4 persen total ekspor jasa dunia pada 2011.
Begitu juga impor barang dan jasa Asia ke dunia masing-masing mencapai USD5.568 miliar (30 persen total impor dunia) dan USD1.091 miliar (28,2 persen total impor dunia). Secara kumulatif, ekspor intra Asia mencapai 52,6 persen di 2011, hal ini menandakan bahwa Asia dijadikan pasar utama negaranegara Asia pascakrisis 2008 yang menimpa zona Eropa.
ADB memproyeksikan Asia memiliki PDB USD148 triliun di 2050 dan menguasai 51 persen total PDB dunia. Indonesia sebagai representasi ASEAN (ekonomi dan populasi terbesar) memandang kerja sama inter-Asia menjadi sangat penting di tengah ketidakpastian global dan harapan dunia kepada Asia. Kepentingan ini mengingat Indonesia sebagai pusat kekuatan ekonomi Asia bersama-sama China, India, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand dengan akumulasi populasi sebesar 3,1 miliar penduduk atau 78 persen penduduk Asia dan PDB sebesar USD14,2 triliun atau 87 persen dari PDB Asia.
Kerjasama Indonesia- Asia ini juga telah dilalui dengan berbagai skema kerjasama baik dalam kerangka AFTA maupun APEC. Bagi Indonesia, peningkatan kerja sama dengan negara-negara Asia merupakan agenda strategis bagi pembangunan nasional mengingat keterkaitan ekonomi Indonesia- Asia cukup tinggi. Ekspor Indonesia ke Asia mencapai lebih dari 70 persen dari total ekspor Indonesia.
China, India, Singapura, dan Jepang merupakan tujuan utama ekspor dengan pangsa hampir 40 persen dari total ekspor Indonesia. Sementara itu investasi Asia di Indonesia 2011 mencapai USD9,14 miliar atau 47 persen dari total PMA yang tercatat di BKPM. Sebagai kekuatan utama ekonomi ASEAN, Indonesia berkepentingan besar untuk meningkatkan potensi kawasan agar ekonomi nasional dapat berkesinambungan.
Tantangan dan strategi pembenahan di Indonesia akan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM,percepatan pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, dan pengembangan serta pemanfaatan teknologi bagi proses industrialisasi sehingga ke depannya, daya saing Indonesia akan terus meningkat. Peran Indonesia baik dalam ASEAN maupun Abad Asia akan semakin sentral dan strategis.
PROF FIRMANZAH, PhD
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan (Koran SI/Koran SI/ade)