Jakarta, Universitas Narotama -- Biro Investigasi Federal FBI dan Departemen Kehakiman (DOJ) AS menyelidiki peristiwa yang menyebabkan perusahaan induk TikTok di China, ByteDance, menggunakan aplikasi tersebut untuk mengawasi jurnalis Amerika.
Menurut sebuah sumber, dikutip dari Forbes, Divisi Kriminal DOJ, Bagian Penipuan, dan Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Timur Virginia, telah meminta informasi dari ByteDance mengenai upaya karyawannya untuk mengakses informasi lokasi jurnalis AS atau data pengguna pribadi lainnya menggunakan aplikasi TikTok.
Dua sumber lainnya mengungkap FBI juga sudah melakukan wawancara terkait pengawasan tersebut.
Penggunaan aplikasi oleh ByteDance untuk mengawasi warga AS pertama kali dilaporkan oleh Forbes pada Oktober 2022 dan dikonfirmasi oleh penyelidikan internal perusahaan pada Desember.
Juru bicara ByteDance Jennifer Banks berdalih kasus ini merupakan "tindakan individu".
"Kami mengutuk keras tindakan individu yang diketahui terlibat, dan mereka tidak lagi dipekerjakan di ByteDance. Penyelidikan internal kami masih berlangsung, dan kami akan bekerja sama dengan penyelidikan resmi apa pun saat dibawa ke kami," kata dia.
TikTok sendiri tidak menanggapi permintaan komentar kasus ini.
Kantor Kejaksaan AS untuk Distrik Timur Virginia dan DOJ tidak segera menanggapi permintaan komentar. Senada, FBI juga menolak berkomentar soal penyelidikan kasus itu.
Ini adalah laporan pertama dari pemerintah federal yang menyelidiki praktik pengawasan ByteDance. Tidak jelas apakah pemanggilan oleh DOJ juga terkait dengan wawancara FBI atau tidak.
DOJ dan FBI merupakan bagian dari Komite antarlembaga untuk Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS). Pekan ini, komisi tersebut menuntut ByteDance melepaskan diri dari TikTok. Jika tidak, aplikasi ini akan dilarang secara nasional.
Selama beberapa tahun terakhir, CFIUS berusaha untuk menegosiasikan kontrak keamanan nasional dengan TikTok.
Hal itu bertujuan untuk mengurangi kekhawatiran bahwa TikTok dapat digunakan oleh pemerintah China untuk mengakses informasi pribadi yang berharga tentang warga AS atau memanipulasi wacana AS.
Hubungan dengan pemerintah
Laporan dari BuzzFeed News dan Forbes menunjukkan bahwa ada sedikit pemisahan fungsional antara TikTok dan ByteDance. Laporan September 2022 dari Forbes mengungkapkan bahwa para pemimpin TikTok sering kali diharapkan mengikuti arahan dari para eksekutif di ByteDance.
Pada Juli 2022, BuzzFeed News juga melaporkan bahwa ByteDance mendorong perpesanan pro-China ke pengguna AS dari aplikasi lain, yang sekarang sudah tidak berfungsi.
Pada Desember 2022, Forbes menemukan bahwa media pemerintah China menggunakan akun TikTok (yang pada saat itu tidak mengandung label yang mengungkapkan bahwa akun tersebut dijalankan oleh media pemerintah) untuk menyerang politikus tertentu sebelum pemilihan paruh waktu.
Pada pekan yang sama, Direktur FBI Christopher Wray menyatakan keprihatinannya bahwa pemerintah China mungkin menggunakan TikTok untuk operasi pengaruh.