Menyoal Kunjungan Virtual Ka'bah dan Ibadah Haji di Metaverse
08 Februari 2022, 09:57:05 Dilihat: 242x
Jakarta, Universitas Narotama -- Ka'bah Masjidil Haram bisa dikunjungi warga di metaverse dan menjadi sebuah pengalaman baru bagi umat Muslim. Namun aktivitas ini dinyatakan bukan ibadah haji sesungguhnya lantaran bukan kunjungan fisik.
Pemerintah Arab Saudi pada Desember lalu meluncurkan program metaverse yang memungkinkan umat Muslim di seluruh dunia mendapatkan pengalaman mengunjungi Ka'bah secara virtual.
Program bernama 'Virtual Hacerülesved' atau Hajar Al-Aswad Virtual ini diluncurkan Imam Besar Ka'bah, Abdurrahman Sudeysi, dan bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura serta Kementerian Pameran dan Museum Arab Saudi.
Menurut Sudeysi, banyak warisan sejarah Islam yang ada di Masjid Mekah yang harusnya didigitalisasi untuk kepentingan bersama.
Pengalaman mengunjungi Ka'bah secara virtual ini bisa didapatkan menggunakan perangkat kaca mata realitas virtual (VR).
Dilansir dari Tech Briefly, pengalaman mengunjungi Kabah yang diberikan di metaverse ini disebut tak hanya memberikan pengalaman visual dan audio, namun juga pengalaman sentuhan dan bau.
Apakah ibadah haji di metaverse sah?
Kementerian Agama Turki atau yang lebih sering disebut Diyanet menyatakan bahwa mengunjungi Ka'bah di metaverse tidak dianggap sebagai 'ibadah haji sebenarnya.'
Pernyataan tersebut muncul setelah diskusi panjang yang berlangsung selama satu bulan. Diyanet menyatakan pada Selasa (1/2) bahwa mengunjungi Ka'bah secara virtual tidak akan dihitung sebagai ibadah.
"[Ibadah haji di metaverse] ini tidak dapat terjadi," kata Remzi Bircan, Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News.
Menurut Bircan, ibadah haji harus dilaksanakan dengan semestinya di dunia nyata dengan tubuh yang berada di tanah suci umat Muslim tersebut.
"Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka'bah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai ibadah yang benar," ujar Bircan.
"Kaki mereka harus menyentuh tanah [Kabah]," imbuhnya.
Lebih lanjut Bircan menyebut program Ka'bah virtual ini kemungkinan diluncurkan untuk promosi, seraya memberikan Museum Arkeologi di Istanbul yang melakukan hal serupa.