Kerja Keras Anak-anak Muda Indonesia di Pabrik Daging Australia
09 Februari 2019, 09:00:04 Dilihat: 443x

Melbourne - Lebih dari 20 juta rupiah sebulan. Itulah jumlah uang yang bisa ditabung oleh dua anak muda Indonesia yang saat ini bekerja di pabrik pengolahan daging di Australia. Mereka sedang mengikuti program Working Holiday Visa (WHV) di Australia yang memberikan kesempatan bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun untuk bekerja sambil berlibur di Australia. Sebelumnya, ABC Indonesia pernah memuat beberapa pengalaman peserta program yang menceritakan alasan utama mereka datang ke Australia adalah untuk mendapat kesempatan mencari uang, meski artinya harus siap bekerja keras. Banyak di antara mereka yang bekerja di pertanian atau perkebunan dan yang paling populer dan kompetitif adalah di sektor pelayanan, seperti bekerja di kafe dan restoran. Tapi ada pula tak sengaja masuk industri pengolahan daging, seperti Vita Nur Khasanah yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah.
Sudah setahun Vita ikut program WHV dan kini ia bekerja di pabrik daging di kawasan Rockhampton, negara bagian Queensland. Ia bertanggung jawab untuk memisahkan dan membersihkan lemak dan serat-serat dari sapi. "Karena pakai pisau, sebulan pertama jari-jari saya sakit sekali karena belum terbiasa dan masih salah posisi dalam menggunakan pisau," ujarnya. Vita bekerja 4 hari seminggu, dengan jadwal kerja sekitar 8 jam sehari dan kebanyakan harus berdiri. Kerja kerasnya mendapat bayaran hampir AU$27, atau lebih dari Rp 270 ribu, per jam. Pekerjaannya di pengolahan daging dimulai saat Vita pertama kali datang ke Australia awal tahun 2018 lalu, di mana ia mendapat tawaran kerja di pabrik pengolahan di Warnambool, kawasan pinggiran di Victoria. Tanpa pengalaman sama sekali soal daging, manajernya saat itu menempatkan Vita ditempatkan di bagian bagging, atau pengemasan yang dianggap cocok untuk dirinya.
Lulusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya ini mengaku bisa banyak menabung dari upah yang diterimanya. "Kita bisa banget menabung, sekitar Rp 28 juta per bulan, tapi ini dari pengalaman sendiri ya," kata Vita yang mengaku memang hidup sederhana. "Saya selalu masak sendiri, beli daging di pabrik yang lebih murah, dan sewa akomodasi AU$80 [sekitar Rp 800 ribu] per minggu," akunya. Setelah menyelesaikan program WHV, Vita berkeinginan untuk kembali ke Indonesia. "Alasannya karena keluarga, saya ingin membahagiakan orang tua saya," ujarnya yang bercita-cita memiliki usaha sendiri di Indonesia sepulangnya nanti.
Pengalaman lain diceritakan oleh Rendy Anugerah asal Makassar yang kini bekerja di pabrik pengolah daging di kawasan Tamworth, New South Wales.Pemuda berusia 27 tahun lulusan IT dari Universitas Bina Nusantara bekerja di bagian penyusunan boks atau kemasan daging, yang termasuk pekerjaan berat secara fisik.Kepada ABC Indonesia, Rendy mengaku setelah dua tahun mengikuti program WHV, berat badannya turun drastis, dari 105 kilogram menjadi 85 kilogram.Ia mendapat jadwal kerja di malam hari dengan upah yang ia terima saat ini tergolong tinggi, yakni sekitar AU$28, atau lebih dari Rp 280 ribu per jam."Saya pernah menabung hampir $3,000 [lebih dari Rp 30 juta] sebulan, saat saya sedang hidup irit-iritnya," ujar Rendy.Minatnya terhadap industri daging ternak ini membuat Rendy ingin melanjutkan sekolah di bidang pengolahan daging tersebut selepas menyelesaikan program WHV.Tanpa mau merepotkan orang tuanya, Rendy berharap tabungan dari hasil kerjanya bisa membiayainya sekolahnya nanti.
Rendy mengaku sudah terbiasa hidup mandiri setelah orang tuanya mengirimkan dirinya ke pondok pesantren usai menamatkan bangku sekolah dasar."Karenanya saya tidak mau merepotkan orang lain dan untuk soal WHV ini saya mencari sendiri informasi, termasuk dari grup WHV di Facebook."Dari grup tersebut ia berkenalan dengan mereka yang sudah terlebih dahulu mengikuti WHV, bahkan membantunya hingga mendapat pekerjaan dan akomodasi."Tips dari saya adalah kita harus memiliki banyak kenalan dan teman, tidak hanya dibatasi dari Indonesia tapi juga dari negara-negara lain," ujarnya.
Vita dan Rendy mengatakan berdasarkan sepengetahuan mereka banyak pabrik pengolahan daging di Australia memotong dan mengolah dagingnya secara halal. Untuk bekerja di pabrik daging mereka wajib mendapat vaksin Q-Fever dan melewati beberapa proses soal keselamatan kerja. Pekerjaan di pabrik pengolahan daging pun memiliki bidang yang berbeda, mulai dari yang memandikan dan mencukur hewan ternak, penyembelih dengan syarat seorang Muslim. Ada pula bagian yang memotong daging menjadi bagian yang berbeda, seperti sirloin atau tenderloin, hingga bagian khusus pengemasan.
Sumber: DETIK.COM
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.