JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengungkapkan menurunnya jumlah petani dikarenakan banyak yang berpindah profesi. Pindahnya profesi ini lebih banyak di sektor informal dan formal.
"Banyak yang pindah dan beralih profesi di sektor informal dan formal. Contohnya di sektor transportasi menjadi sopir taksi," ucap Suryamin di Jakarta, Kamis (12/09/2014).
Suryamin menambahkan, tidak hanya banyak beralih ke sektor transportasi, tetapi banyak juga petani yang pindah ke sektor pariwisata, jasa serta penambangan.
"Kemudian banyak juga yang masuk ke industri mikro dan penggalian pasir," sambungnya.
Bahkan, lanjut Suryamin, tingkat kemiskinan tertinggi ada pada masyarakat di sektor pertanian, terutama pada kelompok buruh tani.
"Dari 28,28 juta orang miskin, sebanyak 80-90 persen tingkat kemiskinan ada pada sektor pertanian. Ini yang menjadi buruh petaninya, bukan pengelolanya. Diharapkan pemerintah bisa memanfaatkan data BPS untuk meningkatkan sektor pertanian ke depan," paparnya.
Meski tingkat kemiskinan sangat tinggi di sektor pertanian, menurut Suryamin, kontribusi sektor ini terhadap produk domestik bruto (PDB) merupakan yang tertinggi setelah industri pengolahan.
"Malahan, ekspor produk pertanian mampu mengalami peningkatan hingga 362,2 persen," tutupnya.
Sebelumnya, BPS menyatakan bahwa sektor pertanian dalam negeri mengalami penurunan. Hal ini tidak terlepas selama 10 tahun, jumlah rumah tangga tani menyusut lebih dari 5 juta jiwa. (rzk)