Masyarakat harus mewaspadai modus baru para pelaku perdagangan manusia (human trafficking). Mereka mengincar pelajar dengan iming-iming jalan-jalan naik pesawat.
Bahkan pelajar dan mahasiswa juga bisa terperangkap kejahatan ini dengan modus pertukaran pelajar atau program magang. Modus baru ini muncul karena kasus perdagangan manusia terjadi tidak lagi karena faktor kemiskinan, tapi juga pergeseran nilai moral dan masalah gaya hidup.
Menurut Dede Fardiyah dari Divisi Informasi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, pihaknya menangani kasus empat pelajar asal Garut yang akan dijual dan dipekerjakan sebagai pekerja seksual di Kepulauan Riau (Kepri).
Menurut penuturan keempat korban ini, awalnya mereka sedang berada di salon untuk melakukan rebounding rambut. Saat itulah, ada seseorang yang mengajak kenalan dan ngobrol.
Setelah itu, pria tersebut menawari mereka jalan-jalan dengan menggunakan pesawat ke Kepri. Karena tergiur dengan ajakan tersebut dan belum pernah naik pesawat, mereka menyetujui saja tanpa curiga apapun.
"Dari kasus ini bisa dilihat betapa mudahnya para pelajar ini tergoda hanya karena ingin mencoba naik pesawat. Ini bukan karena faktor kemiskinan saja, tapi juga karena masalah gaya hidup dan pergeseran nilai moral," katanya pada acara P2TP2A Jabar Goes to Campus bekerja sama dengan Fikom Unisba dengan tema "Kenali Human Trafficking dan KDRT Sejak Dini Bagi Kalangan Mahasiswa PT di Jawa Barat" di Aula Unisba, Jalan Taman Sari, Selasa (23/10/2012).
Beruntung para pelajar ini segera terlacak berkat ponsel pintar Blackberry milik mereka. Mereka membuat status berada di suatu tempat di Riau. Salah seorang kerabat korban yang merasa curiga dengan keberadaan keponakannya di Kepri langsung melapor ke kepolisian.
Akhirnya, para korban dapat ditemukan di suatu tempat di Kepri. Mereka ternyata hendak dijual dan dipekerjakan sebagai pekerja seksual. "Itu kasus yang menimpa pelajar, dan kasus terbaru yang kami tangani adalah seorang perempuan yang diiming-imingi kerja di Jakarta. Namun ternyata dipekerjakan di sebuah kafe sebagai pekerja seksual," katanya.
Di Jawa Barat, kata Dede, hingga bulan September tercatat ada 194 kasus perdagangan manusia, 98 kasus KDRT, dan 44 kasus kekerasan terhadap anak. Dr Rini Rinawati, Divisi Kerjasama dan Kemitraan P2TP2A Provinsi Jawa Barat, menambahkan, modus lain yang saat ini kerap dijadikan cara untuk memperdagangkan manusia adalah tawaran menjadi duta seni, mengikuti pertukaran pelajar, magang kerja, tawaran melakukan perjalanan religius, dan pencarian model/bintang film/artis/bintang iklan. Dan modus yang tidak umum adalah mencari pengantin.
"Jadi pelaku awalnya berkenalan, mengajak pacaran dan ajak nikah. Setelah nikah, istrinya dijual," katanya.
Selain itu, ujarnya, ada juga modus dengan cara memberi uang, tapi belakangan uang tersebut ternyata pinjaman dan harus dibayar korban dengan bunga. Karena bunga tinggi, korban tidak bisa bayar dan oleh pelaku dipekerjakan sebagai pekerja seksual.
Namun yang paling sering dijadikan modus adalah tawaran pekerjaan di luar kota/negeri sebagai pekerja salon dan pramusaji restoran ternama serta karyawan di kapal pesiar dengan gaji besar.
"Permasalahan ini sedikit rumit karena di negara kita lapangan pekerjaan susah, orang mudah tergiur, apalagi kalau dijanjikan gaji besar. Ada korban mengaku gaji di salon/resto dengan gaji Rp 15 juta. Siapa yang tidak suka, kerja ringan dengan gaji besar? Persoalannya, rasional tidak? Dan ternyata, itu penipuan," katanya.
sumber : kompas.com