Saham Bank Makin Kinclong Usai Suku Bunga Acuan Susut
31 Oktober 2019, 09:00:00 Dilihat: 374x

Jakarta -- Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Kamis (24/10) pekan lalu.
Dengan pemangkasan ini, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total 100 bps. Pada September 2019, BI juga menurunkan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin ke posisi 5,25 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan keputusan ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang melambat, meski sempat mereda seiring kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Pelemahan dipicu oleh penurunan volume perdagangan karena perang dagang antara AS dan China, serta penurunan produksi di beberapa negara," katanya.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih mengatakan pasar menyambut baik penurunan suku bunga acuan. Tengok saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,13 persen ke 6.339 pada perdagangan Kamis (24/10) usai pengumuman pemangkasan suku bunga.
Kenaikannya lebih tinggi dibandingkan sentimen pelantikan Menteri Kabinet Indonesia Maju pada Rabu (23/10). Pelantikan punggawa Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode kedua hanya mampu mendongkrak IHSG 0,52 persen ke level 6.257.
"Penurunan suku bunga itu meringankan beban dunia usaha, sehingga positif bagi pasar," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Ia menuturkan pelonggaran moneter ini memberikan berkah kepada sektor perbankan. Pasalnya, penurunan suku bunga tersebut akan diikuti dengan penurunan suku bunga deposito, sehingga mengurangi biaya dana (cost of fund) perbankan.
"Bunga deposito nasabah yang merupakan pos pengeluaran akan adjust (menyesuaikan), sehingga marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) cenderung membesar," katanya.
Setelah bunga deposito turun, bank juga akan menurunkan tingkat suku bunga kredit. Akan tetapi, transmisi penurunan bunga kredit cenderung lebih lama ketimbang bunga deposito. Pasalnya, perbankan mempertimbangkan sisi kompetisi bisnis dan likuiditas bank.
Alfatih merekomendasikan beli untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Dari keempat bank tersebut, Bank BNI dan Bank BRI telah mengumumkan kinerja keuangan kuartal II 2019. Sayangnya, laba bank pelat merah hanya mampu tumbuh satu digit dari periode yang sama tahun lalu mencapai dua digit.
Bank BRI mencetak laba bersih Rp24,8 triliun pada kuartal III 2019, cuma tumbuh 5,36 persen dari periode yang sama tahun lalu, Rp23,47 triliun. Padahal, pada kuartal III 2018, laba emiten dengan kode BBRI ini melesat 14,6 persen secara tahunan.
Sedangkan Bank BNI mengantongi laba Rp12 triliun hanya tumbuh 4,7 persen. Pada periode yang sama tahun lalu, laba perseroan melaju 12,6 persen. Sedangkan Bank Mandiri dan Bank BCA belum menyampaikan laporan keuangan.
Meski lesu, Alfatih meyakini kinerja empat bank tersebut akan membaik di kuartal IV 2019.
"Biasanya akhir tahun itu lebih positif, karena beberapa transaksi pemerintah biasanya terjadi di kuartal IV," ujarnya.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengamini pemangkasan suku bunga akan memberikan sentimen positif kepada sektor perbankan. Ketika suku bunga turun otomatis mengurangi modal emiten sektor perbankan dalam menyalurkan kredit.
Ia menuturkan empat saham tersebut secara teknikal mengalami penguatan dalam beberapa hari terakhir. Tak hanya itu, saham-saham bank tersebut berpotensi melanjutkan kenaikan.
"Menjelang pengumuman suku bunga, pasar bergerak positif bahkan setelah pengumuman pun, pasar masih diperdagangkan menguat, bahkan masih melanjutkan kenaikan," katanya.
Pada perdagangan Jumat (25/10), saham Bank BRI melemah 1,63 persen ke posisi Rp4.230 per saham. Hendriko mengatakan secara teknikal, saham Bank BRI berpotensi naik ke level Rp4.350-Rp4.380. Jika sahamnya mampu menembus level itu, maka berpotensi menguat hingga Rp4.500-Rp4.600 per saham.
Lebih lanjut, saham Bank BNI berpeluang naik ke level Rp8.200-Rp8.300. Apabila sahamnya mampu menembus level, maka saham Bank BNI berpotensi melanjutkan penguatan ke posisi Rp8.500-Rp8.650 per saham. Saham Bank BNI terpantau koreksi 0,95 persen ke level Rp7.825 per saham.
Lalu, saham Bank Mandiri ditutup melemah 3,11 persen ke posisi Rp7.000 per saham. Akan tetapi, Hendriko menuturkan jika saham Bank Mandiri mampu bertahan di atas level Rp7.200-Rp7.250, maka berpotensi menguat ke level Rp7.500-Rp7.600 per saham.
Sementara itu, Bank BCA juga melemah 1,59 persen ke level Rp31 ribu. Jika, sahamnya berhasil bertahan di atas level Rp31 ribu, maka saham Bank BCA berpotensi naik ke level Rp32.500-Rp33.400 per saham.
Selain sektor perbankan, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sektor properti juga kena imbas positif dari penurunan suku bunga acuan. Ia merekomendasikan beli untuk tiga saham sektor properti, yaitu saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).
Namun demikian, sentimen positif kepada sektor properti akan bergantung pada penyesuaian suku bunga kredit oleh perbankan. Pasalnya, bank belum sepenuhnya mentransmisikan penurunan suku bunga acuan kepada bunga kredit.
"Ketika BI turunkan suku bunga dan melonggarkan kebijakan makro prudensial, ini menjadi pendorong. Masalahnya, bank belum menurunkan suku bunga kreditnya, ini masalah," ujarnya.
Ia menuturkan fundamental ketiga emiten properti tersebut cukup kuat. Bumi Serpong Damai membukukan marketing sales senilai Rp5,3 triliun pada kuartal III-2019. Jumlah itu setara 85 persen dari target marketing sales 2019 sebesar Rp6,2 triliun.
Pada kuartal IV 2019, perusahaan akan meluncurkan klaster baru yang berlokasi di pengembangan tahap kedua BSD City. Rilis klaster baru berpotensi mengerek Bumi Serpong Damai marketing sales.
Dari sisi kinerja saham, terpantau turun 1,38 persen ke Rp1.430 per saham pada perdagangan pekan lalu. Nico mematok target harga saham dengan kode BSDe ini ke level Rp1.550 per saham dalam jangka pendek.
Sementara itu, Summarecon Agung membukukan marketing sales Rp3,4 triliun hingga September 2019, setara 84 persen dari target.
"Dengan sisa waktu tahun ini tampaknya perusahaan optimis terkait target marketing sales akan tercapai, yakni sebesar Rp4 triliun,"imbuhnya.
Saham Summarecon Agung ditutup turun 3,64 persen ke level Rp1.190 per saham. Dalam jangka pendek, saham dengan kode SMRA ini diyakini bisa menembus level Rp1.200 per saham.
"Ciputra Development sendiri boleh dibilang emiten yang kuat, karena dia punya macam-macam proyek yang strategis, jadi bukan hanya sekedar membangun tapi jangka waktu proyek tersebut panjang," ujarnya.
Pada kuartal III 2019, Ciputra Developmenet mengantongi marketing sales Rp4,2 triliun, setara 70 persen dari target akhir tahun sebesar Rp6 triliun. Saham Ciputra Development terpantau turun 3,69 persen ke posisi Rp1.175 per saham pekan lalu. Target harga saham dengan kode CTRA itu dipatok pada posisi Rp1.365 per saham hingga akhir tahun.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.