Pembangkit Berkapasitas Total 10.045 MW Beroperasi pada 2020
20 Maret 2019, 09:00:46 Dilihat: 282x
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) mengatakan penyelesaian megaproyek ketenagalistrikan 35 ribu Megawatt (MW) akan mencapai puncaknya pada 2020 mendatang. Di tahun depan, diperkirakan sebanyak 10.060 pembangkit yang seluruhnya masuk program 35 ribu MW sudah bisa beroperasi.
Dari jumlah tersebut, rencananya 3.498 MW pembangkit merupakan porsi PLN, 6.247 MW pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP), dan 300 MW sisanya merupakan pembangkit hasil kerja sama antar wilayah usaha.
Jika dilihat dari sumber tenaganya, operasi pembangkit tahun depan tetap akan didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 6.047 MW, atau 60,11 persen dari total pembangkit beroperasi. Kemudian, itu disusul oleh Pembangkit Listik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dengan jumlah kapasitas 2.276 MW, atau 22,62 persen dari pembangkit beroperasi.
"Jadi memang sizing besar dari proyek 35 ribu MW akan terjadi pada 2020 mendatang," jelas Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman, di Jakarta, Senin (18/3).
Ia menuturkan, tadinya ada dua pembangkit besar yang sedianya beroperasi pada 2020 mendatang. Namun pembangunannya dipercepat sehingga dua pembangkit ini bisa beroperasi di tahun ini.
Adapun, dua pembangkit tersebut adalah PLTU Cilacap ekspansi tahap II berkapasitas 1x1.000 MW dan PLTU Jawa 7 dengan kapasitas 2x1.000 MW. Hal tersebut membuat realisasi 35 ribu MW di tahun ini yang tadinya diperkirakan hanya sekitar 800 MW menjadi 3.585 MW.
"Rencananya PLTU Jawa 7 akan masuk pada kuartal III tahun ini dan juga ada dari ekspansi PLTU Cilacap. Jadi tahun ini kami lakukan akselerasi yang memang harusnya di tahun 2020 dua pembangkit besar, kami percepat untuk bisa masuk di tahun ini," jelas Syofvi.
Syofvi menambahkan seluruh megaproyek 35 ribu MW akan selesai sekitar 2023 atau 2024 mendatang. Menurut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019 hingga 2028, akan ada pembangkit berkapasitas 7.237 MW yang beroperasi di 2023 dan 6.226 MW di 2024 mendatang.
Menurut dia, sejak awal dicanangkan, proyek 35 ribu MW harusnya bisa diselesaikan tahun ini. Namun menurut Syofvi, pembangunan 35 ribu MW harus disesuaikan dengan proyeksi permintaan dan penawaran listrik.
Di dalam RUPTL 2019 hingga 2028, PLN merevisi asumsi rata-rata penjualan listrik selama 10 tahun ke depan dari 6,86 persen per tahun menjadi 6,42 persen. Hal ini didasarkan atas pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar yang tadinya 6,45 persen per tahun selama 10 tahun ke depan menjadi 6,3 persen.
"35 ribu MW ini akan tetap kami jalankan, tapi beberapa power plant akan ada yang beroperasi di 2023 dan 2024," ujarnya.
Sumber : cnnindonesia.com