Neraca Dagang Diprediksi Masih Defisit Sepanjang 2019
22 Februari 2019, 09:00:00 Dilihat: 279x

Jakarta, CNN Indonesia -- Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih berlanjut defisit hingga sepanjang tahun ini, karena kondisi ekspor impor di Indonesia tahun ini masih akan tertekan oleh pelemahan ekonomi global. Pada Januari 2019, neraca dagang tercatat defisit US$1,16 miliar.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan tekanan akan muncul, baik dari sisi ekspor maupun impor. Dari sisi ekspor, performa Indonesia tahun ini tidak akan prima lantaran pertumbuhan ekonomi global diprediksi melandai.
Terbukti, International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 3,7 persen ke 3,5 persen tahun ini, sementara Bank Dunia memprediksi laju ekonomi 2019 hanya 3 persen, atau lebih rendah dari tahun lalu 2,9 persen. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat tentu membuat permintaan barang asal Indonesia juga menurun.
Terlebih, pertumbuhan ekonomi negara mitra-mitra dagang utama Indonesia juga melemah. Sebut saja China yang baru-baru ini diprediksi melambat ke angka 6,3 persen. Padahal, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia dengan porsi 13,52 persen dari total ekspor Indonesia.
"Sebetulnya kalau kasus defisit ini adalah perlambatan ekonomi dunia, dan sepertinya ini akan menjadi tantangan Indonesia hingga akhir tahun mendatang," jelas Faisal, Jumat (15/2).
Di sisi lain, impor sebetulnya menunjukkan penurunan pada Januari kemarin. BPS mencatat, total impor Januari sebesar US$15,03 miliar menurun 1,83 persen dibanding Januari 2018. Hanya saja, yang menjadi perhatian adalah impor nonmigas, di mana angkanya naik dari US$13,05 miliar di Januari tahun lalu menjadi US$13,34 miliar di tahun ini.
Strategi yang paling tepat untuk mengobati defisit neraca perdagangan di sisa tahun ini ialah menurunkan impor. Caranya, dengan memilah impor hanya yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan ini dirasa perlu lantaran impor adalah hal yang paling bisa dikendalikan oleh pemerintah dalam menangani defisit neraca perdagangan. Sebab, Indonesia dianggapnya masih agak sulit mengejar ekspor karena terganjal masalah fundamental, yakni perlambatan ekonomi.
"Tapi harus dilihat juga. Jangan sampai pengurangan impor ini kontra produktif bagi produksi dalam negeri. Kalau dilihat, 76,2 persen impor Januari lalu adalah bahan baku dan bahan penolong, jadi kalau komponen itu mau disortir, cari yang benar-benar tidak berdampak langsung ke pertumbuhan ekonomi," papar dia.
Pemerintah sebelumnya memang telah menelurkan kebijakan demi menghalau impor dengan menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor bagi 1.147 pos tarif. Namun, jika kebijakan itu tak dilanjuti dengan regulasi lain, ia khawatir kejadian 2018 terulang lagi.
Tahun lalu, defisit neraca perdagangan mencatat US$8,56 miliar, atau mencapai defisit terparah sejak 2013 silam. "Sudah cukup kita belajar dari kejadian yang terjadi 2018 kemarin," terangnya.
Sebelumnya, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali defisit sebesar US$1,16 miliar pada Januari 2019 atau melebar sedikit dibandingkan defisit bulan sebelumnya yang mencapai US$1,1 miliar. Ini lantaran ekspor Indonesia sebesar US$14,55 miliar lebih kecil dari impor, yakni US$15,31 miliar.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.