Ada Oknum di Balik Tingginya Harga Pangan, Jokowi Akan Impor
31 Mei 2016, 09:00:25 Dilihat: 324x
JAKARTA - Sekretaris Kabinet Pramono Anung menegaskan pemerintah tidak akan membiarkan begitu saja para oknum yang menguasai harga jual pangan strategis terus mengganggu stabilitas harga seperti tahun-tahun sebelumnya jelang puasa dan Lebaran 2016.
""Sekarang harga pasar itu ada tangan-tangan yang ingin memperkuat dan memainkan harga tersebut, maka Presiden sudah berulang kali memberikan instruksi kepada mentan, mendag, menteri bumn untuk beberapa komoditas utama itu harganya harus turun, bukan lagi stabil. Karena harganya sudah berubah tinggi, maka harus diturunkan," kata Pramono di Kompleks Istana, Jakarta, Senin (30/5/2016).
Oleh karena itu, lanjut Pramono, pemanggilan tiga menteri Kabinet Kerja juga berhubungan dengan niatan pemerintah yang akan mengimpor beberapa pangan strategis. Tiga menteri yang dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini diinstruksikan untuk menstabilkan harga pangan strategis saat bulan puasa dan Idul Fitri 1437 Hijriah.
(Baca Juga: Panggil 3 Menteri, Jokowi Ingin Harga Pangan Turun)
Tiga pejabat tersebut adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Hal itu diyakini dapat menekan harga menjadi turun, karena kebutuhan akan pangan akan terpenuhi.
"Bagaimana caranya, ya impor dibuka. Dan, kita sudah mempunyai hubungan koneksi secara langsung baik dengan New Zealand, Australia, India, dengan beberapa negara lainnya untuk bisa mendatangkan daging dengan harga sampai di konsumen Rp80 ribu," katanya.
(Baca Juga: Jelang Ramadan, Mentan Tegaskan Komoditas Strategis Aman)
Bahkan, tegas Pramono, upaya impor beberapa pangan strategis seperti bawang merah, daging sapi yang akan dilakukan oleh tiga BUMN, yakni Perum Bulog, PT Berdikari, dan PT PPI tidak akan mengganggu APBN. "Ini kan mekanisme pasar. Bahkan sebenarnya BUMN, atau siapa pun menjalankan itu akan mendapatkan keuntungan," imbuhnya.
Pasalnya, sambung Pramono, seperti impor daging sapi yang berasal dari Australia, harga pertama pembelian memang sudah berada di tarif yang rendah.
"Dari Australia itu sekira Rp58 ribuan, tetapi kenapa di sini sampai jadi Rp120 ribu, sementara di Malaysia, Singapura mereka bisa harga Rp75 ribu, Rp70 ribu. Indonesia harus bisa harga Rp80 ribu," tukasnya.