JAKARTA – Pemerintah berencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi agar anggaran negara tidak semakin tertekan. Namun, kenaikan harga ini diperkirakan memberikan tekanan pada inflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi tidak akan terlalu memberi pengaruh pada inflasi secara langsung. Namun, hal yang perlu diwaspadai adalah dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM tersebut.
"Katakanlah kalau BBM naik akan memberikan dampak sekian persen, tapi second round effect-nya mungkin bisa meningkatkan inflasi sampai dua kali lipat. Jadi yang naik lebih besar itu pasti harga bergejolak," jelas Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin (1/9/2014).
Dia melanjutkan, dampak lanjutan tersebut telah memperhitungkan jika distribusi BBM terhambat. "Semua sudah diperhitungkan, apakah itu karena kelangkaan pasokan atau sebagainya," tutur dia.
Menurutnya, tingginya inflasi sangat bergantung pada keputusan pemerintah untuk mengkaji berapa besaran kenaikan harga BBM bersubsidi. Dia menilai, dampak inflasi dapat diredam jika kenaikan dilakukan secara bertahap.
"Bertahap akan lebih baik ketimbang langsung, jadi masih bisa menyesuaikan. Mungkin itu bisa dinaikkan antara Rp500-Rp1.500," jelas dia.
(mrt)