Sejumlah pengamat menduga perang antara Iran dan Israel semakin dekat usai ribuan pager dan perangkat lain meledak di Lebanon pada pekan lalu.
Ribuan pager itu kemudian diketahui diimpor dari Taiwan dan dikirim ke Lebanon untuk milisi Hizbullah.
Hizbullah merupakan milisi yang didukung Iran. Sejak Israel melancarkan agresi ke Palestina, kelompok itu terus menyerang wilayah Negeri Zionis.
Usai ribuan pager meledak, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant bahkan mengatakan mereka memulai fase baru dalam perang.
Pakar keamanan Yair Ansbacher meyakini perang dengan Iran saat ini adalah keharusan untuk menghindari kehancuran Israel.
Ansbacher memandang sekarang Waktu krusial bagi Israel menyerang Iran sebelum Teheran melakukan terobosan nuklir.
"Jika saat ini Barat hanya bisa sedikit menjinakkan para Ayatollah, maka keberhasilan mereka akan nihil ketika Iran memperoleh senjata nuklir," kata dia, dikutip Jerusalem Post, Sabtu (21/9), "Iran akan menyediakan payung nuklir bagi teroris di seluruh dunia."
Beberapa tahun terakhir, Iran terus memperbarui pengayaan uranium. Jika tingkatan pengayaan uranium ini mencapai 90 persen, mereka bisa membuat bom nuklir.
Ansbacher juga memandang situasi politik Amerika Serikat (AS) yang memanas dan sumpah Iran yang ingin menghukum Israel setelah kematian bos Hamas, Ismail Haniyeh seharusnya bisa membuat Israel bertindak lebih cepat.
"Rencana awal Teheran adalah menyerang Israel secara serentak [di semua lini], dan itu akan membawa kita ke ambang kehancuran," kata dia.
Namun, rencana mereka digagalkan ketika pemimpin Hamas saat ini Yahya Sinwar bertindak gegabah dan menempatkan Iran dalam posisi lemah.
"Jika rencana itu berhasil sepenuhnya, Israel akan terperangkap tanpa persiapan, dengan semua lengan gurita di lehernya. Maka itu skakmat [langkah mati dalam catur]," ujar Ansbacher.
Menyerang Iran sekarang, kata dia, adalah kesempatan terakhir Israel sebelum menghadapi ancaman eksistensial dari musuhnya.
Pakar itu berujar jika Israel menyerang Iran di dua pusat kekuasaannya, Teheran dan Qom, rezim Iran kemungkinan besar negara itu akan jatuh.
Namun, pensiunan tentara Israel, Itzhak Brik punya penilaian berbeda. Perang dengan Iran, kata dia, justru akan menyebabkan kehancuran Israel.
Brik mencatat Israel tak siap untuk perang multifront.
Saat ini, Israel sedang melancarkan agresi di Palestina sejak Oktober 2023. Operasi ini memakan biaya dan tentu sumber daya manusia.
Israel juga harus siaga menghadapi serangan dari milisi di Yaman, Houthi, milisi di Suriah, dan Hamas.
"Iran dan proksinya memiliki 250.000 rudal, roket, dan pesawat nirawak yang mengepung Israel," kata Brik.
Artinya, sekitar 4.000 amunisi menghantam garis depan Israel setiap hari.
Rudal menyebabkan kehancuran di infrastruktur sipil dan mengganggu ekonomi.
Jika serangan terjadi pusat-pusat populasi, Teluk Haifa, fasilitas air dan listrik, pangkalan-pangkalan IDF, dan infrastruktur sipil strategis akan terdampak.
"Perang regional dapat menghancurkan Negara Israel," ucap Brik.
Lebih lanjut, dia memperingatkan bahwa Israel akan memasuki perang habis-habisan sendirian,tanpa bantuan AS.
"Iran didukung Rusia, China, dan Korea Utara, yang tak ingin kehilangan aset [Iran] mereka," ujar Brik.
Sementara itu, AS akan menghindar dan tak melibatkan diri dalam perang yang bisa berkembang jadi perang dunia.
Iran juga akan banyak melakukan pertimbangan sebelum berperang dengan Israel, salah satunya pembebasan Palestina.
Iran merupakan salah satu negara yang lantang mengutuk agresi Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Jika perang berkobar, fokus dunia menyelesaikan isu Palestina terhambat.
(isa/kid/bac) https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240922173716-120-1147054/perang-besar-iran-vs-israel-disebut-semakin-dekat.