Apakah Hp Bisa Dimanipulasi jadi Bom Seperti Ledakan Pager di Lebanon?
19 September 2024, 08:34:50 Dilihat: 56x
Jakarta -- Ribuan pager milik anggota Hizbullah diduga dimanipulasi oleh Israel sehingga menyebabkan ledakan di berbagai penjuru Lebanon pada Selasa (17/9). Insiden ini mengakibatkan sembilan orang tewas serta ribuan orang mengalami luka-luka.
Israel memang memiliki rekam jejak panjang memanfaatkan perangkat telepon dan turunannya untuk melacak, mengawasi, dan bahkan membunuh musuh-musuh mereka.
Pada 1972, sebagai bagian dari balas dendam mereka terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) atas pembunuhan 11 atlet Israel di Olimpiade Munich, para mata-mata Mossad mengganti alas marmer telepon yang digunakan oleh perwakilan PLO di Paris Mahmoud Hamshari di apartemennya di Prancis dengan peledak.
Pada 8 Desember, ketika dia menjawab telepon, sebuah tim Israel di dekatnya meledakkan bahan peledak yang dikemas di dalam alas replika tersebut dari jarak jauh. Hamshari kehilangan kakinya dan kemudian meninggal.
Kemudian pada 1996, badan keamanan internal Israel, Shin Bet, membunuh ahli bom Hamas Yahya Ayyash dengan menggunakan ponsel Motorola Alpha yang telah dimodifikasi. Ayyash terbunuh usai menerima panggilan di ponsel tersebut.
Dikutip dari Financial times, dalam ponsel tersebut tersembunyi sekitar 50 gram bahan peledak yang cukup untuk membunuh siapa saja yang mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.
Kedua serangan bom tersebut kini menjadi bagian dari legenda mata-mata Israel.
Di kalangan mantan pejabat intelijen, kasus-kasus tersebut dianggap sebagai keberhasilan di mana ponsel memiliki beberapa tujuan penting, yakni memantau dan mengawasi target sebelum pembunuhan, mengidentifikasi dan mengonfirmasi identitas target selama pembunuhan, dan akhirnya memungkinkan untuk menggunakan bahan peledak kecil yang hanya menewaskan target.
Lebih lanjut, sejarah panjang pemanfaatan perangkat komunikasi untuk serangan bom serta konflik yang tengah memanas membuat dugaan semakin kuat mengarah ke Israel dalam serangan di Lebanon pada Selasa (17/9).
Mengutip para pejabat Amerika dan sejumlah pejabat lain yang diberi pengarahan mengenai operasi tersebut, laporan The New York Times menyebut Israel menempatkan bahan peledak dalam sejumlah pager buatan Taiwan yang diimpor ke Lebanon dan ditujukan untuk Hizbullah.
Bahan peledak disebut ditanam di samping baterai di setiap pager, dan sebuah tombol dibuat untuk meledakkannya dari jarak jauh.
Menurut sumber di otoritas keamanan Lebanon, pager yang meledak ini dibeli oleh Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir.
Bisakah pager diretas?
Sejauh ini belum ada penjelasan mengenai pemicu gelombang ledakan pager di Lebanon. Namun, di media sosial sudah beredar banyak spekulasi bahwa ledakan dipicu oleh peretasan yang menyebabkan baterai pager terlalu panas dan meledak.
"Menurut informasi yang diperoleh LBCI, laporan awal menunjukkan bahwa server pager telah disusupi, yang mengarah pada pemasangan skrip yang menyebabkan kelebihan beban. Hal ini kemungkinan besar mengakibatkan baterai lithium menjadi terlalu panas, yang kemudian meledak," demikian laporan Lebanese Broadcast Corporation, mengutip Wired, Rabu (18/9).
Sejumlah rekaman yang viral di media sosial menunjukkan contoh ledakan pager di seluruh Lebanon menggambarkan ledakan yang kelihatannya terlalu besar jika hanya karena masalah baterai.
Pager yang menewaskan 9 orang dan menyebabkan sekitar 2800 orang terluka ini merupakan buatan Taiwan dengan nama model Gold Apollo AR-924.
Pager versi militer ini diketahui bisa beroperasi dalam suhu ekstrem antara -10 derajat Celcius hingga 50 derajat Celcius. Pager ini yang dibekali baterai Lithium-ion ini mempunyai daya yang cukup besar yang mengakomodir pemakaian hingga 85 hari dengan port pengisian daya USB-C.
Baterai ini memang dapat menyebabkan ledakan, tapi kecil kemungkinannya baterai pager biasa dapat menghasilkan ledakan yang bisa melukai banyak orang.
"Ledakan itu bukan hanya baterai," kata Jake Williams, wakil presiden penelitian dan pengembangan di Hunter Strategy.
"Berdasarkan laporan yang ada, pager-pager ini kemungkinan besar sudah disadap oleh Israel dan dimodifikasi dengan bahan peledak. Hal ini menyoroti risiko keamanan rantai pasokan, terutama di tempat-tempat di mana teknologi lebih sulit untuk dikirim," lanjut dia.
Lukasz Olejnik, konsultan independen dan peneliti senior tamu di Department of War Studies King's College London, mengatakan bahwa kecil kemungkinan insiden tersebut terkait dengan peretasan digital.
"Kecil kemungkinan peretasan terlibat, karena kemungkinan besar bahan peledak harus ada di dalam pager untuk menimbulkan efek seperti itu," kata Lukasz.
Michael Horowitz, kepala intelijen di perusahaan manajemen risiko Timur Tengah dan Afrika Utara, Le Beck International, mengatakan bahwa jika serangan itu berbasis rantai pasokan, maka bisa jadi serangan itu memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dipersiapkan dan melibatkan penyusupan ke pemasok dan menempatkan bahan peledak di dalam pager yang baru.
"Ini adalah security breach yang besar, terutama jika kita berbicara tentang muatan yang dipasang di dalam perangkat, yang menurut saya merupakan skenario yang paling mungkin terjadi," kata Horowitz.
"Ini berarti Israel telah berhasil menyusup ke dalam penyedia layanan Hizbullah hingga mengirimkan ratusan [atau bahkan ribuan] perangkat yang digunakan untuk komunikasi," lanjut dia.