Konflik sosial budaya, tindak kekerasan, korupsi dan permasalahan lainnya menjadi sebuah kebiasaan yang terjadi sehari-hari pada saat ini. Permasalahan tersebut ada karena makin lunturnya pengenalan nilai budaya positif bangsa Indonesia kepada generasi penerus. Nilai-nilai budaya tidak hanya menjadi identitas suatu bangsa tetapi di dalamnya banyak terdapat nilai positif yang berfungsi untuk membentuk karakter seseorang.
Bertolok dari hal di atas, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan kegiatan “Penguatan Nilai Budaya dalam Pembentukan Karakter” di Harris Hotel Jalan Bangka 8 – 18 Surabaya, Selasa (24/7) sampai dengan Kamis (26/7).
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk workshop ini diikuti oleh 100 orang guru dan 100 orang siswa, bertujuan mengenalkan nilai budaya dalam penguatan karakter siswa, dan meningkatkan pemahaman tenaga pendidik tentang nilai budaya untuk penguatan karakter.
Dalam sambutan pembukaan acara, Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi – Direktorat Jenderal Kebudayan, Kemendikbud, Ir. Drs. Nana Adya Supriyatno, M.M., M.T., menuturkan bahwa sasaran kegiatan adalah terwujudnya tenaga pendidik yang memahami nilai-nilai budaya spiritual yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, meningkatnya pemahaman peserta didik tentang pembentukan karakter berdasarkan nilai budaya spiritual.
Masih menurut Nana, output yang diharapkan meningkatnya pemahaman guru tentang pembentukan karakter berdasarkan penguatan nilai budaya spiritual, di samping meningkatnya pemahaman peserta didik tentang pembentukan karakter berdasarkan nilai budaya spiritual. Hal tersebut akan berdampak terciptanya masyarakat yang memiliki karakter berdasarkan nilai budaya spiritual Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Dr. Ikhsan, S.Psi., M.M., dalam sambutannya menyatakan bahwa berkait dengan penguatan nilai budaya dalam pembentukan karakter, Dispendik Surabaya melalui sekolah-sekolah telah mengembangkan berbagai program di antaranya : Ngosek Bareng, Tantangan Membaca, Lomba Menulis Cerpen, Heroes Track, Parade Joeang, Sekolah Kebangsaan atau Veteran masuk Sekolah, Lomba Mainan Tradisional, Lomba Tari Tradisional, Tari Remo Massal, dan lain-lain.
Mantan Kepala Bapemas dan KB Kota Surabaya ini melanjutkan, program-program tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan dan ada barometer sebagai standar evaluasi, sejauh apa program telah dikembangkan oleh sekolah-sekolah.
“Ngosek Bareng, tampaknya kegiatan sederhana saja. Tetapi justru akan kompleks jika diamati dari kaca mata penguatan nilai budaya dalam pembentukan. Dari Ngosek bareng akan tumbuh nilai atau sikap gotong royong, disiplin, tanggung jawab, mempunyai rasa memiliki, peduli lingkungan, dan lainnya,” pungkas Ikhsan.