Mengenang Sayuti Melik, Sosok yang Mengetik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
15 Agustus 2023, 17:50:27 Dilihat: 59504x
Jakarta -- Nama Sayuti Melik acap dilupakan dalam sejarah bangsa ini. Padahal sosok yang selama hidupnya berkarir sebagai jurnalis dan aktivis ini merupakan pengetik teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945,
Sayuti Melik menjadi salah satu tokoh yang menyaksikan perjuangan bangsa sejak zaman kebangkitan nasional hingga masa orde baru. Selain sebagai penulis kisah perjuangan, Sayuti Melik ikut turun tangan dalam mengupayakan kemerdekaan Indonesia.
Mengutip buku Seri Pengenalan Tokoh: Sekitar Proklamasi Kemerdekaan oleh Riris Sarumpaet (2011), selain dikenal sebagai orang yang mengetik teks proklamasi, Sayuti Melik memiliki banyak pengalaman nasionalis selama hidupnya. Simak kisah perjalanan Sayuti Melik lebih lanjut!
Aktif dalam Kegiatan Politik dan Jurnalistik
Pria yang lahir pada 25 November 1908 di Yogyakarta ini memiliki nama kecil Mohammad Ibnu Sayuti. Sejak kecil, Sayuti telah diajarkan oleh sang ayah tentang nasionalisme, sehingga ia tumbuh sebagai sosok yang aktif berpolitik dan menyuarakan pendapatnya tentang kemerdekaan.
Sayuti menempuh pendidikan SD di Sekolah Ongko Loro, kemudian setelah lulus ia melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Lalu, Sayuti bersekolah di Sekolah Guru di Solo dengan keyakinan "belajar sambil berjuang".
Dengan keyakinan tersebut, Sayuti terus tumbuh menjadi sosok yang bersemangat dalam belajar dan mengikuti berbagai kegiatan politik. Ia aktif menulis dan mengirimkannya ke beberapa surat kabar di Jawa. Biasanya ia mengirim ke surat kabar Bergerak di Solo, Sinar Hindia di Semarang, dan Penggugah di Yogyakarta.
Sayuti Melik dikenal aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik. Selama Jepang menjajah Indonesia, Sayuti Melik memimpin sebuah surat kabar bernama Sinar Baru di Semarang.
Hidupnya Banyak Dihabiskan di Penjara
Idealisme yang ia pegang secara teguh kerap kali membuat dirinya masuk penjara. Sayuti sempat ditahan polisi rahasia Belanda pada tahun 1924 dan masuk penjara Ambarawa beberapa hari karena telah menggelar sebuah rapat politik.
Dua tahun kemudian, Sayuti kembali ditangkap oleh Belanda atas tuduhan membantu pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu, tahun berikutnya ia dibuang ke Boven Digoel. Sayuti baru dibebaskan oleh Belanda pada tahun 1936.
Tak berhenti sampai di sana, perjuangan Sayuti dalam menyuarakan gagasan politik harus membuatnya kembali dipenjara pada tahun 1936 di Singapura. Sepulangnya dari Singapura, Sayuti lagi-lagi ditangkap oleh Belanda dan dipenjara di Gang Tengah Jakarta pada 1937-1938.
Perjalanan hidup Sayuti harus dilanjutkan dengan penangkapan oleh Jepang. Ia dituduh menyebarkan pamflet PKI dan baru dibebaskan menjelang proklamasi. Penangkapannya tak berhenti sampai di sini, Sayuti kembali ditangkap di Madiun oleh Pemerintah RI dan dikirim ke Solo.
Tahun 1946, Sayuti ditangkap juga atas perintah Amir Syarifuddin karena dianggap terlibat dalam peristiwa 3 Juli 1946. Ia dituduh bersekongkol dan ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah. Namun, ia akhirnya dibebaskan setelah diperiksa oleh pengadilan Mahkamah Tentara.
Mengetik Teks Proklamasi
Meski Sayuti punya pengalaman beberapa kali dipenjara, namun Sayuti Melik adalah sosok penting yang mengetik teks proklamasi. Saat itu, pembuat konsep teks proklamasi terdiri dari tiga orang yakni Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo.
Sementara Sayuti Melik dan Sukarni duduk di meja perundingan saat acara rapat membahas teks proklamasi. Saat itu, Bung Hatta dan Mr Achmad Soebardjo merupakan dua orang yang paling banyak bicara selama rapat.
Konsep teks proklamasi saat itu tidak hanya masukan dari tiga orang itu saja namun juga peserta yang hadir. Chaerul Saleh merupakan salah satu peserta yang berpendapat bahwa ia tidak setuju jika yang menandatangani naskah adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang didirikan oleh Jepang.
Akhirnya Sayuti Melik dan Sukarni berusaha melerai kesalahpahaman tersebut. Sukarni sebagai wakil golongan pemuda, dan Sayuti Melik sebagai pembantu Bung Karno.
Sayuti pun merupakan sosok di balik penandatanganan teks proklamasi harus atas nama bangsa Indonesia. Setelah Bung Karno setuju dengan pendapat Sayuti, ia memerintahkan Sayuti untuk mengetik teks proklamasi di ruangan lain.
Seperti itulah sejarah singkat teks proklamasi akhirnya bisa diketik oleh Sayuti Melik. Semoga bermanfaat.