Thailand Boleh Lebih Cepat Soal EV, Tapi RI Punya Kunciannya
01 Agustus 2023, 16:40:13 Dilihat: 338x
Jakarta, Universitas Narotama -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui bahwa Indonesia saat ini kalah saing dengan Thailand perihal pengembangan ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV).
Namun perlu diingat, Negeri Gajah Putih tersebut tidak mempunyai "kunciannya" yakni nikel sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan, Thailand mempunyai keunggulan di bidang infrastruktur komponen kendaraan listrik yang cukup lengkap dibandingkan Indonesia. Bahkan, negara tersebut juga mempunyai pasar yang telah terbentuk.
Tapi bukan tanpa kekurangan, Thailand tidak memiliki bahan baku komponen baterai kendaraan listrik, yakni nikel.
"Kelebihan Thailand menurut saya infrastruktur komponennya lebih lengkap dari kita jadi ekspor Thailand sekarang sudah lebih besar daripada dalam negerinya. Tapi dia gak punya nikel. Gitu ya, dia gak punya sesuatu yang sebenarnya inti daripada industri EV yaitu baterai," kata Agus dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, Senin (31/7/2023).
Namun demikian, teknologi baterai dalam komponen kendaraan listrik dalam waktu 10-15 tahun ke depan akan menjadi salah satu kunci. Mengingat, 30%-40% biaya pembuatan kendaraan listrik berasal dari baterai.
"Jadi menurut saya kekhawatiran dari Kemenko Marves itu betul kalau kita tidak ingin kalah dari Thailand ya harus segera bangun pabrik baterainya. Karena komponen lain itu sama dengan kendaraan-kendaraan yang ada sekarang dan sudah dipakai sudah ada 20 juta an kendaraan yang diproduksi di sini," katanya.
Menurut Agus, saat ini Thailand juga tengah mengobral insentif untuk menarik para investor luar membangun pabrik baterainya di negara tersebut. Hal tersebut sama seperti yang telah dilakukan Indonesia saat ini.
"Saya catat akhir tahun lalu mereka juga mengundang hampir mirip dengan kayak kita, nah sekarang tinggal kita menghilangkan segala kesulitan untuk investor," bebernya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan bahwa Indonesia cukup tertinggal dengan Thailand dalam hal penetrasi pasar kendaraan listrik.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengatakan, pihaknya saat ini tengah berupaya untuk mengejar ketertinggalan dengan Thailand terkait kendaraan listrik. Salah satunya, yakni dengan pemberian insentif untuk pembelian kendaraan listrik.
"Kita agak ketinggalan, terus terang. Kebijakannya harus cepet kita ubah. Ya insentifnya apa segala macem," ujar Seto ditemui usai acara "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (25/07/2023).