Waktu Manusia Tinggal 10 Tahun, Tanda Kiamat di Mana-mana
25 Juli 2023, 08:37:28 Dilihat: 3021x
Jakarta, Universitas Narotama -- Bencana pemanasan di Bumi diperkirakan sudah di luar kendali manusia dalam 10 tahun. Sekitar tahun 2030, dilaporkan kenaikan suhu global melampaui 1,5 derajat atau mencapai titik tanpa jalan untuk kembali.
Jika ramalan itu terjadi, manusia di Bumi akan mengalami dampaknya secara langsung. Mulai dari peningkatan laju kepunahan spesies, gagal panen, hingga 'tipping point' pada perubahan sistem iklim yakni kematian koral dan mencairnya es di kutub.
Sejumlah negara kaya telah merencanakan untuk melakukan gerakan karbon netral. Namun gerakan tersebut baru terlaksana hingga 2050, yang diminta Sekjen PBB Antonio Gueterres untuk dipercepat 10 tahun.
Pihak PBB juga mendorong seluruh manusia untuk melakukan pengurangan emisi secara global.
Semnetara itu Ketua IPCC (Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim), Lee Hoesung mengakui pihaknya telah mengetahui cara menghindari fenomena tersebut. Namun mereka terkendala dengan kemauan politik antarnegara.
"Kami tahu caranya, punya teknologi, peralatan, dan anggaran - semua yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan iklim yang sudah kita kenali sejak lama. Satu-satunya yang kurang adalah kemauan politik yang kuat," kata Lee Hoesung, dikutip dari AFP.
Suhu Bumi dprediksi bakal terus memanas hingga berpuluh-puluh tahun kemudian. Pada 2100, IPCC memprediksi laju pemanasan global mncapai 1,8 derajat celcius dan setengah populasi manusia akan hidup di tengah kepanasan dan kelembaban ekstrem.
Panas dan kelembaban ekstrem akan melanda sejumlah negara. Mulai dari Asia Tenggara, sebagian Brasil hingga negara-negara di Afrika Barat.
Sekarang, pemanasan global juga telah dirasakan di Bumi. Suhunya telah melampaui 1,2 derajat Celcius lebih panas dari masa pra-industri.
Dampaknya cuaca ekstrem telah sering terjadi di Bumi. "Tahun paling hangat yang kita alami saat ini akan menjadi tahun terdingin di satu generasi," kata ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto.
Es 20 kali Jawa lumer
Es di wilayah Antartika terus mencair. Catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada 27 Juni 2023 lalu, luas laut es-nya hampir 2,6 juta kilometer persegi atau di bawah rata-rata sepanjang tahun ini.
Luas tersebut 20 kali dari luas Pulau Jawa. Pulau tersebut memiliki luas sekitar 128.297 km persegi. Saat ini, Antartika masuk ke musim dingin, seharusnya pertumbuhan es laut lebih cepat. Namun ternyata tidak terjadi seperti periode serupa pada tahun-tahun sebelumnya.
"Pada fase pertumbuhan musim dingin, es laut Antartika mencapai rekor terendah sepanjang tahun ini," tulis NOAA dalam akun Twitternya, dikutip Live Science, Kamis (7/7/2023).
"Luas es laut mendekati setengah juta mil persegi di bawah batas terendah sebelumnya, diamati pada tahun 2022".
Penyusutan es laut telah terjadi hampir di seluruh pinggiran benua. Kecuali yang berada di Laut Amundsen dan Antartika Barat.
Hingga sekarang, es laut Antartika tersisa 11,7 juta km persegi. Diperkirakan area tersebut akan bertumbuh pada akhir September, saat luas es laut mencapai titik puncaknya yakni sekitar 18,4 juta km persegi.
Sementara titik terendah es laut terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret, yakni saat musim semi dan musim panas. Total luas minimum saat itu adalah 2,5 juta km persegi.
Para peneliti telah melakukan pengukuran tingkat laut es Antartika. Secara konsisten terus di bawah rata-rata pada periode 1981-2010, dan rekor terendah harian sejak April 2023.
"Perilaku luas biasa es laut Antartika saat ini menimbulkan pertanyaan apakah bisa jadi awal tren jangka panjang terkait perubahan iklim atau lautan, namun menjawabnya akan butuh lebih banyak waktu, daya dan penelitian," kata NOAA.