Kisruh Lahan Bojong Koneng, Aktivitas Warga Diadang Utusan Sentul City
15 Juni 2023, 22:41:41 Dilihat: 271x
Jakarta, Universitas Narotama -- Aksi kerja bakti warga Desa Bojong Koneng, Sentul memperbaiki jalan desa dihentikan paksa oleh sejumlah orang yang mengklaim sebagai suruhan manajemen Sentul City. Polemik lahan terjadi di daerah tersebut antara pengembang dengan warga setempat terkait status lahan.
Aksi pengadangan tersebut terjadi pada Sabtu (10/6) pagi. Warga Bojong Koneng yang ikut dalam aksi swadaya tersebut, Fikry Haznul mengatakan pengadangan dilakukan dengan gaya premanisme, padahal mereka tidak mampu menunjukkan identitas sebagai utusan Sentul City.
"Ini adalah jalan desa, mereka datang malah pakai cara premanisme gini," kata Fikry dilansir CNBCIndonesia.com, Kamis (15/6).
Polemik ini berawal dari masing-masing pihak, yaitu warga dan Sentul City, yang punya pandangan berbeda. Warga menganggap jalan desa yang akan diperbaiki sudah menjadi bagian dari jalan umum yang tercantum dalam sertifikat BPN, sedangkan pihak Sentul City sebaliknya.
Mereka, lanjut Fikry, juga tidak bisa menunjukkan bukti bahwa jalan desa tersebut milik Sentul City. Padahal, lanjut Fikry, pantauan di aplikasi Sentuh Tanahku yang dimiliki Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, jalan ini merupakan wilayah jalan desa.
"Nggak ada buktinya, cuma ngotot-ngototan saja. Elegan lah kalau dia perusahaan besar kan bisa menunjukkan datanya kalau memang benar," sebut Fikry.
Menurutnya, sejak beberapa bulan lalu warga pun sudah menyampaikan surat permohonan izin atau pemberitahuan kepada Kepala Desa setempat untuk memperbaiki jalan desa.
Namun lantaran tidak adanya larangan swadaya memperbaiki jalan dari aparat desa Bojong Koneng, maka warga beranggapan bahwa upaya perbaikan jalan desa sah dilakukan.
Dalam kesempatan yang sama, warga lain bernama Hari mengaku tanahnya dipasangi plang karena dianggap milik Sentul City. Dia mengaku ratusan pohon jatinya juga ikut digusur.
"Digusur pohon saya, jati, sudah ada 250-an, 220 sudah digusur dan pohon itu sudah 8-10 tahun. Pohon itu satu pun tidak saya terima, hanya ada beberapa pohon waktu itu dia gusur. Saya minta yang punya pinggir-pinggir tidak dibongkar," kata Hari.
Dia juga mengaku pendopo yang baru dibuat tiga bulan ikut digusur. Lalu kemudian ada warung-warung yang mengklaim mendapatkan izin dari Sentul City. Tanaman-tanaman lain, lanjutnya, juga ikut kena gusur.
"Tanah saya yang ada pohon duren, petai, dan lain-lain sudah habis digusur sama dia. Yang penting pohon jati sekitar 220 sudah habis digusur sama dia. Hanya ada rumah yang baru selesai saya renovasi sama pendopo tidak diutak-atik tapi saya tidak bisa memanfaatkan," katanya.
Respons Sentul City
Salah seorang yang berinisial S mengklaim sebagai karyawan tetap Sentul City dan mendapat perintah sebagai pengawas lahan yang berpatroli terhadap tanah yang dianggap milik Sentul City. Wilayah patrolinya meliputi Desa Bojong Koneng dan desa lainnya.
Ketika mengadang upaya perbaikan jalan, S mengaku mendapat dukungan dari belasan hingga puluhan orang lainnya. Namun, dia mengaku bahwa pasukan pengawas lahan terdiri dari sekitar 500 orang.
"Saya dari Sentul City, yang terpenting ini bukan jalan desa," klaim S.
Aksi adu mulut dan gesekan fisik pun sempat terjadi antara warga yang melakukan swadaya dengan sekelompok orang yang melarang perbaikan jalan. Namun, akhirnya warga menghentikan sementara perbaikan jalan desa tersebut.
Manajemen Sentul City pun akhirnya buka suara dan mengakui bahwa pihaknya memiliki orang untuk menghentikan proses perbaikan jalan.
"Iya, mereka memang warga lokal yang bekerja sama dengan PT SC (Sentul City)," kata Kepala Administrasi Perizinan dan Sertifikasi Sentul City Sejuk Karyanto dilansir CNBCIndonesia.