Jakarta, Universitas Narotama -- Beberapa waktu yang lalu kami telah melakukan eksplorasi flora ke kawasan hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dalam perjalanan mendaki gunung, dekat dengan jalan setapak di kaki bukit Cikaniki ditemukan sekelompok rumput yang tampaknya tidak menarik bila saja tidak ada informasi yang keluar dari sang pemandu lapangan.
Rumput tersebut dikenal dengan nama tangkur gunung oleh masyarakat Kampung Citalahab, yaitu masyarakat yang sejak lama bermukim di kawasan TN Gunung Halimun. Tangkur biasanya disematkan pada sejenis hewan laut yaitu kuda laut yang dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai afrodisiak atau obat kuat atau penambah stamina terutama bagi laki-laki. Ya ternyata rumput ini dipercaya sebagai salah satu tumbuhan obat kuat atau afrodisiak bagi masyarakat sekitar Halimun, khususnya warga Citalahab.
Selama ini masyarakat Indonesia lebih mengenal akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) yang banyak tumbuh di kawasan hutan Kalimantan dan Sumatera, atau sanrego (Lunasia amara) yang banyak tumbuh di Sulawesi dan sebagian Jawa Timur atau purwaceng (Pimpinella pruatjan) yang tumbuh endemik di daerah Gunung Dieng atau Gunung Bromo serta tabat barito (Ficus deltoidea) yang banyak tumbuh di hutan-hutan Indonesia.
Semua tumbuhan tersebut telah dikenal sebagai bahan afrodisiak alami. Bahkan beberapa di antaranya telah dikemas dalam berbagai bentuk produk jamu atau fitofarmaka. Namun jarang sekali orang menyebut 'tangkur gunung'. Beberapa daerah mengenal tangkur gunung dengan sebutan lain yaitu rumput rayung (Jawa), rumput bambu, atau rumput kelurut (Melayu), namun biasanya digunakan hanya sebagai obat demam.
Sebenarnya banyak tumbuhan berpotensi sebagai bahan obat alami di sekitar kawasan hutan Gunung Halimun, di antaranya juga berfungsi sebagai tonikum seperti sintok dan tabat barito. Namun untuk jenis rumput seperti tangkur gunung ini agak unik dan terabaikan oleh para pemerhati atau peneliti tumbuhan obat. Masyarakat di Citalahab biasa mengkonsumsi tangkur gunung untuk menjaga staminanya. Ramuan yang mereka buat cukup sederhana.
Beberapa umbi/akar tangkur gunung direbus dengan 2-3 gelas air mendidih sampai airnya tersisa setengahnya. Air rebusannya lalu diminum satu kali sehari. Untuk mendapatkan khasiatnya yang lebih dahsyat, ramuan ini dapat ditambahkan dengan segenggam akar dan batang kicantung (Chepaelis stipulacea) atau sekitar 1-2 gram serta 5-10 lembar daun kicentong (Ficus deitoidea). Ramuan ini digunakan untuk sekali minum saja, selanjutnya menggunakan material yang baru lagi.
Tangkur gunung atau dikenal dengan nama ilmiahnya Lophatherum gracile adalah spesies dari famili Poaceae atau rumput-rumputan. Spesies ini tumbuhnya tidak tinggi sehingga seringkali terinjak oleh para pendaki gunung. Batang utamanya berwarna hijau mengkilat dan beruas-ruas. Helaian daunnya berbentuk lanset dengan panjang 20-50 cm, bunganya berwarna coklat keunguan dan berbulu, akar utama berwarna putih kehitaman dan membentuk seperti umbi.
Tumbuhan ini merupakan salah satu kekayaan spesies asli Indonesia yang sebarannya meliputi kawasan Asia sub tropis hingga tropis terutama di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan dan China. Tumbuhan ini memiliki senyawa turunan steroid yang berkhasiat dalam sintesis hormon testoteron pada manusia. Tumbuhan ini juga mengandung saponin, alkaloid, dan tannin yang dapat meningkatkan stamina dan melancarkan peredaran darah dalam tubuh manusia. Senyawa kimia tersebut umumnya memang terdapat dalam tumbuhan yang memberi efek afrodisiak atau stamina.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Dianci dan kawan-kawan yang diterbitkan dalam prosiding seminar nasional Biologi di Padang tahun 2021, disimpulkan bahwa sari akar rumput Lophatherum gracile memiliki potensi sebagai antibakteri, khususnya pada bakteri Streptococcus sp.
Dalam jurnal Ethnopharmacology volume 264 tahun 2021, Lai dan kawan-kawan menyatakan L. gracile aktif melawan strain Streptococcus mutans yang merupakan penyebab karies gigi. Beberapa triterpenoid, arundoin, cylandrin, friedelin, taraxerol dan steroid telah berhasil iisolasinya. Hal ini menyiratkan bahwa tumbuhan rumput ini tidak dapat diabaikan dan dapat memiliki nilai bioprospeksi yang tinggi untuk bidang kesehatan.
Di China selatan, daun tanaman ini, juga disebut sebagai Dan Zhu Ye, yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional Cina seperti untuk mengobati radang saluran kemih. Penelitian tentang sifat fitokimia dan farmakologi tumbuhan ini banyak dilakukan di Cina karena spesies ini selama berabad-abad telah digunakan sebagai tumbuhan obat yang bernilai tinggi. Penggunaan L. gracile sebagai tumbuhan bahan obat di Cina kemungkinan sudah dilakukan sejak dari Dinasti Ming. Penelitian farmakologi menunjukkan bahwa ekstrak daun L. gracile menunjukkan efek antipiretik, diuretik, antibakteri, anti tumor dan hiperglikemik.
Investigasi fitokimia menghasilkan isolasi beberapa flavonoid secara umum dan tritepen. Selanjutnya Chen dan kawan-kawan mempublikasikan hasil penelitiannnya dalam jurnal Functional Foods volume 101 tahun 2023 yang menunjukkan bahwa ekstrak L. gracile melemahkan respons inflamasi dan menghambat replikasi SARS-CoV-2. Flavon C-glikosida dari L. gracile ditemukan endominasi efek anti-inflamasi dan antivirus.
Flavon Gdan isoorientin juga terbukti menghambat infeksi pseudovirus SARS-CoV-2 dengan mengganggu pengikatan lonjakan SARS-CoV-2 pada ACE2. Hasil ini memberikan bukti ilmiah yang menunjukkan kemanjuran L. gracile sebagai suplemen potensial untuk mengobati COVID-19.
Di Semenanjung Malaysia, umbi atau akar L. gracile dimakan bukan hanya sebagai tonikum tetapi juga untuk mengobati kanker. Di Vietnam, ramuan seluruh tanaman dianggap bersifat diuretik dan digunakan sebagai obat penurun panas serta diberikan untuk mengobati pilek, sakit tenggorokan dan gangguan dari sengatan matahari. Di China bagian atas, remasan herba ini dioleskan pada luka di mulut dan umbinya digunakan sebagai obat pendingin untuk mengobati masalah kencing, serta saat melahirkan digunakan untuk mempercepat persalinan.
Begitu banyak manfaat dari rumput ini sehingga tangkur gunung layak untuk segera mendapat perhatian, terutama untuk keperluan pengembangan obat bahan alami. Tangkur gunung dari Gunung Halimun perlu segera ditangkar.