Yang Perlu Diketahui dari Roket Mega Moon Misi Manusia ke Bulan
18 Maret 2022, 11:27:15 Dilihat: 198x
Jakarta, Universitas Narotama -- Mega roket milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), siap untuk melakukan perjalanan pertamanya ke Bulan. Ada sederet fakta yang perlu diketahui.
Roket itu meninggalkan Gedung Perakitan Kendaraan, Kennedy Space Center pada Kamis (17/3) pukul 17.00 waktu setempat, dan mulai bergerak perlahan dengan pengangkut ke Kompleks Peluncuran 39B, berjarak 6,5 kilometer.
Pembangunan memakan biaya besar
Space Launch System (SLS) Block 1 berdiri setinggi 98 meter, dilengkapi kapsul kru Orion terpasang di atasnya. Orion memiliki tinggi lebih dari Patung Liberty.
Orion akan menghasilkan daya dorong maksimum 8,8 juta pon atau 39,1 Meganewtons, yang berarti roket itu diharapkan menjadi roket paling kuat di dunia pada saat mulai beroperasi.
"Ini adalah roket andalan yang akan Anda lihat, ini adalah simbol negara kita," kata Tom Whitmeyer, administrator asosiasi untuk pengembangan sistem eksplorasi.
Inspektur Jenderal NASA, Paul Martin mengungkapkan dalam sekali peluncuran, misi yang dinamai Artemis I ini menelan biaya sekitar US$4,1 miliar.
Setelah roket mencapai landasan peluncuran, para insinyur memiliki waktu kira-kira dua minggu untuk pemeriksaan sebelum 'wet dress rehearsal', atau pra-peluncuran terakhir.
Pada 3 April, tim SLS akan memuat lebih dari 3,2 juta liter bahan bakar jenis propelan kriogenik ke dalam roket, untuk berlatih hitungan mundur peluncuran, agar mengetahui respons roket terhadap skenario penghentian penerbangan sebelum menyelesaikan latihan.
Propelan kemudian dikeringkan untuk menunjukkan upaya peluncuran yang aman, dikutip Live Science.
Pengembangan ke Bulan
NASA menargetkan Mei 2022 sebagai jendela pembuka untuk Artemis-1, misi Bulan tanpa awak yang akan menjadi penerbangan pertama untuk SLS dan Orion.
SLS pertama-tama akan menempatkan Orion ke orbit Bumi yang rendah, kemudian bertahap ke orbit atas, melakukan apa yang disebut injeksi trans-lunar.
Dalam misi tiga minggunya, Orion akan mengerahkan 10 satelit berukuran kotak sepatu yang dikenal sebagai CubeSats, untuk mengumpulkan informasi tentang lingkungan luar angkasa.
Misi ini akan melakukan perjalanan di sisi jauh dari Bulan, berkat pendorong yang disediakan oleh modul layanan Badan Antariksa Eropa (ESA). Pendorong nantinya akan kembali ke Bumi, di mana pelindung panasnya akan bertahan terhadap atmosfer.
Pesawat ruang angkasa Orion NASA bisa menampung hingga empat orang, tetapi tidak akan ada manusia di dalamnya untuk misi Artemis I di tahun ini.
Nantinya misi Artemis-2 akan menjadi uji coba berawak pertama, terbang mengelilingi Bulan tetapi tidak mendarat.
NASA ingin menggunakan Bulan sebagai tempat untuk menguji teknologi yang diperlukan untuk misi perjalanan ke Mars, sekitar tahun 2030-an, menggunakan evolusi Blok 2 dari SLS.
SLS vs pesawat luar angkasa
NASA menyebut SLS sebagai 'kendaraan kelas eksplorasi angkat berat super'. Satu-satunya roket super berat yang saat ini beroperasi adalah Falcon Heavy milik SpaceX.
SpaceX, perusahaan Elon Musk juga mengembangkan roket luar angkasanya sendiri yaitu Starship, yang sepenuhnya dapat digunakan kembali, yang katanya harus siap untuk uji orbital tahun ini.
Miliarder itu telah menyatakan dalam beberapa tahun, biaya per sekali peluncuran bisa hanya US$10 juta.
Saat ini SLS dirancang untuk terbang langsung ke tujuan akhirnya. Sedangkan SpaceX memperkirakan menempatkan Starship ke orbit, kemudian mengisi bahan bakar dengan Starship lain sehingga dapat melanjutkan perjalanannya, untuk memperluas jangkauan dan muatan.
NASA juga telah mengontrak versi Starship sebagai kendaraan pendaratan bulan untuk Artemis, menurut laporan NDTV.