Varian Baru Deltacron Muncul dari Pasien Terinfeksi Delta dan Omicron
15 Maret 2022, 09:43:27 Dilihat: 171x
Jakarta, Universitas Narotama -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah ahli telah mengonfirmasi varian baru SarS-CoV-2, yaitu mutasi gabungan antara Delta dan Omicron yang dinamakan Deltacorn.
Beberapa negara juga sudah dikonfirmasi memiliki pasien positif Deltacorn, seperti Belanda, Denmark, dan Prancis.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban menjelaskan mutasi Deltacron adalah varian yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron.
Menurut Zubairi munculnya Deltacron karena varian Delta dan Omicron bereplikasi bersama di tubuh orang yang pernah terinfeksi kedua varian tersebut.
"Deltacron adalah varian Covid yang terdiri dari elemen Delta dan Omicron. Artinya varian ini mengandung gen dari kedua varian itu yang membuatnya menjadi virus rekombinan," ujar Zubairi di akun Twitternya, Minggu (13/3).
Belum diketahui seberapa ganas
Ihwal tingkat bahayanya, Zubairi tak menampik varian ini lebih berbahaya dari Omicron. Meski begitu, masih terlalu awal untuk memastikan karena jumlah kasus ini masih amat sedikit.
Kemunculan varian baru ini tentu menuai kekhawatiran di tengah masyarakat, terlebih kasus dari varian Omicron saat ini masih banyak ditemukan.
Di samping itu Lembaga Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), juga telah mengumumkan temuan Deltacron.
Menurut GISAID, virus rekombinan yang diidentifikasi di beberapa wilayah Prancis oleh konsorsium EMERGEN ini telah beredar sejak awal Januari 2022. Sedangkan genome dengan profil serupa juga telah diidentifikasi di Denmark dan Belanda.
Pihaknya menyebut analisis sementara mengungkap Deltacron diturunkan dari garis keturunan GK/AY.4 dan GRA/BA.1.
Banyak terdeteksi di Inggris
Lebih lanjut ada pula laporan tentang Deltacorn yang terdeteksi di Amerika Serikat (AS). Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) juga menyatakan sekitar 30 kasus telah terdeteksi di Inggris.
Ilmuwan Institut Pasteur Etienne Simon-Loriere mengatakan ada beberapa virus rekombinan berbeda, yang terbentuk dari Delta dan Omicron ini.
Sebagai informasi, virus rekombinan adalah virus yang terbentuk setidaknya berasal dari dua virus lain. Ketika seorang individu terinfeksi dua jenis virus atau lebih, maka ada kemungkinan virus-virus tersebut mengalami percampuran genetik dan menghasilkan virus baru.
"Yang kita lihat di Prancis dan di Denmark atau Belanda terlihat sangat mirip dan mungkin rekombinan yang sama yang telah 'berpergian'," katanya dikutip dari The Guardian.
Sejak Januari 2022
Kabar varian gabungan Deltacorn ini sudah menyeruak ke publik sejak awal tahun lalu. Profesor ilmu biologi di Universitas Cyprus Leondios Kostrikis mengungkap tanda genetik seperti Omicron dalam genom Delta. Atas temuan itu ia memberi nama Deltacron.
Saat itu Kostrik dan tim telah menemukan 25 kasus mutasi. Kemudian temuan dilaporkan serta dikirim sampelnya ke GISAID pada 7 Januari, untuk melacak mutasi virus.
Namun para ilmuwan saat itu menganalisis temuan Deltacorn kemungkinan besar merupakan kesalahan laboratorium, bukan varian baru yang mengkhawatirkan global.
Saat itu dugaan mutasi terletak pada bagian genome yang rentan terhadap kesalahan dalam prosedur pengurutan genome.
Bukan yang pertama
Para ahli dengan cepat menekankan varian rekombinan tidak jarang terjadi, dan Deltacron bukan yang pertama dan tidak akan mungkin menjadi temuan varian rekombinan yang terakhir terjadi untuk Covid-19.
"Ini terjadi setiap kali kita berada dalam periode peralihan dari satu varian dominan ke varian lain, dan biasanya merupakan keingintahuan ilmiah tetapi tidak lebih dari itu," kata Eks Pimpinan Inisiatif Genomik Covid-19 di Wellcome Trust Sanger, Jeffrey Barrett.
Barrett menambahkan, dengan masih terbatasnya temuan varian Deltacron yang teridentifikasi sejauh ini, maka belum ada cukup bukti dan data tentang tingkat keparahan varian atau seberapa baik vaksin masih memiliki efikasi tinggi dalam memberikan proteksi pada individu.
Ini telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di berbagai negara di dunia, dengan hanya beberapa lusin sequence di antara jutaan Omicron. Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin varian ini akan terus dipantau," pungkasnya.