Fakta-fakta Gempa Nias Magnitudo 6,7 dan Kekhawatiran Ahli
14 Maret 2022, 10:13:47 Dilihat: 222x
Jakarta, Universitas Narotama -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan (BMKG) menjelaskan sederet fakta gempa Magnitudo 6,7 yang terjadi di wilayah Pantai Selatan Nias Selatan, Sumatera Utara, Senin (14/3). Sebelumnya BMKG menyatakan gempa Magnitudo 6,9 namun kemudian dimutakhirkan menjadi Magnitudo 6,7.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan episenter gempa terletak pada 0,71 derajat LS ; 98,50 derajat BT dengan kedalaman hiposenter 25 kilometer.
Dia mengatakan gempa merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di zona Megathrust segmen Mentawai hingga Siberut. Sedangkan hasil analisis menunjukkan ini jenis gempa pergerakan naik.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme pergerakan naik [thrust fault] yang merupakan ciri khas dari gempa megathrust," ujar Daryono lewat pesan teks, Senin (14/3).
Ia mengatakan gempa bumi ini juga berada di zona seismic gap atau zona yang sudah lama tak diguncang gempa besar, di Kepulauan Mentawai bagian utara.
Daryono mengungkap lokasi gempa itu pernah diguncang gempa dahsyat sekitar Magnitufo 8,5 pada 10 Februari 1797 atau 225 tahun silam
"Sehingga zona ini merupakan zona kekosongan gempa besar yang sudah berlangsung sangat lama," ujarnya.
Daryono menjelaskan dampak gempa ini di Siberut Utara dan Kep Batu mencapai skala intensitas V-VI MMI dan berpotensi terjadi kerusakan. Sedangkan di Padang Panjang, Bukittinggi, Pasaman Barat, Tuapejat, Pariaman dalam skala intensitas III MMI. Sedankan di Dhamasraya, Payakumbuh, Kerinci, Tapanuli Selatan, Batusangkar, Padang Pariaman, Solok dalam skala intensitas II MMI.
BMKG mengklaim hingga pukul 7.30 WIB belum ada laporan mengenai dampak kerusakan akibat gempa magnitudo 6,7.
Hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena kekuatannya belum mampu menciptakan deformasi dasar laut untuk menimbulkan gangguan kolom air laut.
Menurut Daryono hingga pukul 05.10 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi empat kali aktivitas gempa susulan (aftershock) dengan magnitudo terbesar 6.0.
Menurut Daryono gempa dahsyat di Kepulauan Mentawai magnitudo 8,5 pada 10 Februari 1797 memicu tsunami di Mentawai, Sumatra Barat, Sumatera Utara, yang menerjang pantai dan muara sungai hingga menggenangi pesisir Kota Padang.
"Banyak rumah hanyut, bahkan kapal besar dapat terdorong 5,5 kilometer ke daratan. Tsunami ini menewaskan lebih dari 300 orang," pungkasnya
Daryono mengatakan masyarakat patut meningkatkan kewaspadaan terkait kejadian gempa pagi ini mengingat zona ini merupakan 'seismic gap' yang sudah lebih dari 200 tahun.
"Apakah ini gempa pembuka atau bukan hal ini masih sulit diprediksi," tutup Daryono.