Merasa Kondusif, 193 Pengungsi Erupsi Merapi Kembali ke Rumah
10 Maret 2022, 11:12:31 Dilihat: 173x
Yogyakarta, Universitas Narotama -- Sebanyak 193 orang warga Kalitengah Lor, Cangkringan, Sleman, sempat mengungsi ke Balai Desa Glagaharjo usai serangkaian erupsi Gunung Merapi pada Rabu (9/3) malam. Kini mereka telah kembali ke rumah masing-masing.
"Sudah pulang, setelah jam 6 (pagi) tadi," kata Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM) Glagaharjo Rambat Wahyudi saat dihubungi, Kamis (10/3).
Rambat mengatakan, warga kembali secara mandiri sama seperti saat mereka datang ke lokasi pengungsian semalam.
"Dirasa sudah kondusif, ya mereka pulang," ujar Rambat.
"Ada sebagian lansia yang enggak punya kendaraan, ya kemarin (evakuasi) kita jemput. Tadi pulangnya kita antar," sambungnya.
Warga, menurutnya, mulai bersiap mengevakuasi diri sejak erupsi pertama pada Rabu malam. Letusan kedua, mereka sudah bergeser dari lokasi pemukiman ke balai desa.
Menurut Rambat, warga khawatir usai awan panas guguran mengingat lokasi kediaman mereka hanya berjarak 5 kilometer dari puncak Merapi. Sementara antara puncak gunung dan balai desa 12 kilometer.
Meski diperkenankan pulang, Rambat berpesan kepada warga agar tak mengurangi kewaspadaannya dan selalu memperhatikan rekomendasi BPPTKG. Ia berujar, pintu barak masih tetap terbuka bagi masyarakat yang khawatir akan erupsi lainnya.
"Baldes (balai desa) masih kita rawat, jaga, kan statusnya masih Siaga. Sekat juga masih ada, karena masih pandemi (Covid-19) kan. Ada yang mau ke sini tetap kita terima, muat sekitar 300 orang dan belum sama tenda," pungkasnya.
Sementara Dukuh Kalitengah Lor, Suwondo mengatakan warga mengungsi karena merasa khawatir usai mendengar suara gemuruh bersamaan dengan adanya erupsi semalam.
"Sekitar jam 12-an (malam). Suara gemuruh terus ada api kelihatan merah-merah (lava di puncak Merapi)," kata Suwondo.
Suwondo menilai warga Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 Gunung Merapi memang dibekali kesadaran dan kesiapsiagaan kebencanaan. Evakuasi dilaksanakan apabila terjadi eskalasi aktivitas Merapi dengan pertimbangan tertentu.
Awan panas sendiri, menurut informasi yang Suwondo peroleh, semalam meluncur hingga Bunker Kaliadem yang berjarak 4,8 kilometer dari puncak Merapi atau tak jauh dari Kalitengah Lor.
"Kalau ada aktivitas yang mengkhawatirkan itu (warga mengungsi)," katanya.
"Karena (awan panas) tidak bisa dilihat secara kasat mata ya pada takut, trauma (erupsi) yang dulu," ujarnya menambahkan.
Kini, warga Kalitengah Lor sudah kembali ke permukiman. Mereka sudah beraktivitas dengan normal.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengamati terjadinya peningkatan aktivitas seismik pada Gunung Merapi, Rabu (9/3) tengah malam. Rangkaian kejadian awan panas guguran kemudian muncul sepanjang periode ini.
BPPTKG mencatat 5 kali kejadian awan panas guguran pada 9 Maret tengah malam. Tepatnya, pada pukul 23.18, 23.29, 23.38, 23.44, 23.53 WIB. Kemudian, satu kali pada 10 Maret 2022, yakni pukul 00.22 WIB.
"APG (awan panas guguran) tercatat di seismogram dengan amplitudo max 75 mm dan durasi max 570 detik. Jarak luncur ±5 km ke arah tenggara. Arah angin ke barat laut," tulis Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam laporannya, Kamis (10/3).
Guguran awan panas 5 kilometer ini menjadi yang terjauh sejak ditetapkannya status Siaga (Level III) pada Gunung Merapi November 2020 lalu. Sebelumnya, jarak luncur awan panas paling jauh adalah 3,5 kilometer pada Agustus 2021 silam ke arah barat daya.
BPPTKG turut mencatat kejadian hujan abu yang mengguyur sejumlah wilayah. Antara lain Desa Tlogolele di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Masih di hari yang sama, BPPTKG kembali mencatat 5 kali kejadian awan panas dalam periode pengamatan berikutnya. Terjadi pada pukul 01.00, 01.22, 01.35, 01.59, 02.07 WIB.
Tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimal 75 mm dan durasi maksimal 191 detik. Jarak luncur terjauh kurang lebih 2.000 meter ke arah tenggara.
Aktivitas Gunung Merapi terpantau mulai melandai memasuki pukul 01.30 WIB. "Pasca kejadian awan panas guguran, kegempaan didominasi oleh gempa-gempa guguran," lanjut Hanik.
Dengan kejadian ini, BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer. Kemudian Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh 7 kilometer
Pada sektor tenggara, meliputi Sungai Woro sejauh 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran vulkanik jika terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau 3 kilometer dari puncak.