Jakarta, Universitas Narotama -- Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab banjir yang melanda di beberapa distrik Kota Jayapura, Papua.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab menjelaskan hujan dengan intensitas lebat yang berdampak banjir disebabkan beberapa faktor dinamika atmosfer.
Pertama, meningkatnya suhu muka air laut di sekitar perairan Papua, sehingga memicu peningkatan aktivitas konvektif.
"Suhu muka laut sekitar perairan Papua yang cukup hangat sehingga meningkatkan aktivitas konvektif," ujar Fachri kepada CNNIndonesia.com lewat pesan teks, Jumat (7/1) siang.
Selain itu BMKG menyebut terdapat daerah belokan angin di wilayah utara Papua, kemudian terdapat fenomena angin meridional monsoon baratan yang bersifat basah.
Kelembaban udara yang relatif sangat basah itu, kata Fachri dari lapisan permukaan hingga lapisan 200 mb.
Berdasarkan analisis citra satelit, Fachri menjelaskan bahwa awan-awan yang tumbuh didominasi oleh awan awan konvektif seperti cumulus dan cumulonimbus.
Menurut Fachri hingga 3 hari ke depan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi, dengan skala 50 mm sampai 100 mm per 24 jam.
Sebelumnya banjir akibat hujan deras dilaporkan terjadi di Kota Jayapura, Papua pada Kamis (6/1) malam. Berdasarkan pantauan di lapangan, tinggi air saat banjir berlangsung sekitar 150-200 sentimeter.
Bahkan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melaporkan genangan di wilayah Pasar Yotefa Abepura mencapai 300 sentimeter.
Wilayah terdampak banjir dilaporkan di Kecamatan Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram dan Muara Tami.
Berdasarkan laporan BPBD Kota Jayapura, hujan deras masih berlangsung hingga pukul 01.45 WIT. Sedangkan pagi ini masih terpantau hujan ringan di Kecamatan Abepura pada pukul 05.30 WIT.