Profesor Jepang Buat Layar TV 'Lezat' Bisa Dijilat
24 Desember 2021, 10:03:04 Dilihat: 180x
Jakarta, Universitas Narotama -- Seorang profesor asal Jepang mengembangkan prototipe teknologi layar TV yang bisa dijilat, lantaran mengeluarkan rasa makanan tertentu.
Layar yang dijuluki Taste the TV (TTTV) itu menggunakan korsel 10 tabung rasa yang disemprotkan dalam kombinasi tertentu untuk meniru rasa makanan.
Perangkat kemudian menggulung sampel rasa pada film higienis di atas layar TV,yang dapat dijilat oleh pemirsa untuk dicicipi.
Penemu TTTV, profesor Homei Miyashita dari Meiji University berharap TV multi-indera dapat meningkatkan cara orang terhubung dan berinteraksi dengan dunia luar di era Covid-19.
"Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang mendapatkan pengalaman seperti makan di restoran di belahan dunia lain, bahkan saat tinggal di rumah," kata Miyashita kepada Reuters.
Homei Miyashita juga berencana membuat platform, di mana pengguna dapat mengunduh berbagai rasa dari seluruh dunia, serupa dengan cara mengunduh musik.
Seorang profesor di Jepang kembangkan teknologi layar TV yang bisa dijilat untuk merasakan sensasi makanan tertentu. (Foto: REUTERS/KIM KYUNG-HOON)
Ia juga telah melakukan diskusi dengan perusahaan lain untuk mengembangkan sensasi yang dapat menghasilkan rasa dari pizza atau coklat pada sepotong roti panggang.
Seorang mahasiswa Universitas Meiji mendemonstrasikan TTTV kepada para jurnalis, bahwa ia ingin mencicipi rasa cokelat manis. Setelah beberapa kali mencoba, suara otomatis mengulangi perintah dan jet menyemprotkan sampel ke lembaran plastik.
"Ini seperti cokelat susu," katanya, sambil mencicipi dengan lidahnya.
Miyashita dan timnya yang terdiri dari 30 mahasiswa telah memproduksi berbagai perangkat yang berhubungan dengan rasa, termasuk garpu yang dapat memperkuat rasa.
Dia mengaku telah membangun prototipe TTTV sendiri selama setahun terakhir, dengan versi komersial tersedia yang akan menelan biaya sekitar 100 ribu yen atau senilai Rp12,3 juta untuk membuatnya.
Saat ini belum jelas apakah teknologi semacam itu akan diterima oleh publik, usai pandemi Covid-19 membuat orang-orang lebih waspada terhadap sentuhan dengan benda.