BMKG Ungkap Sejarah 22 Kali Tsunami di NTT Sejak 1800-an
15 Desember 2021, 09:32:56 Dilihat: 238x
Jakarta, Universitas Narotama -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejarah tsunami yang pernah terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 22 kali sejak 1800-an.
Pada Selasa (14/12) BMKG sempat memberi peringatan dini tsunami setelah gempa M 7,4 terjadi di Flores, namun dicabut beberapa jam setelahnya usai ancaman selesai.
Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan NTT merupakan daerah rawan tsunami.
"NTT merupakan daerah rawan tsunami. Sejak tahun 1800-an di busur Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT) sudah terjadi lebih dari 22 kali tsunami," kata Daryono lewat pesan teks, Selasa (14/12) malam.
Ia mengatakan sejarah mencatat pada 29 Desember 1820 terjadi gempa kuat di Laut Flores yang memicu tsunami di Flores hingga Sulawesi Selatan. Imbas gelombang tsunami itu menyebabkan 500 orang meninggal dunia di Bulukumba, Sulsel.
Berdasarkan analisis Daryono, lokasi sumber gempa M 7,4 yang terjadi kemarin di Laut Flores secara seismisitas jarang terjadi aktivitas gempa menurut data seismisitas regional periode 2009-2021.
Namun berdasarkan sejarah kegempaan, tsunami destruktif terakhir yang dipicu gempa M 7,8 di Laut Flores pernah terjadi pada 12 Desember 1992. Hal itu membangkitkan tsunami setinggi 30 meter lantas menyebabkan 2.500 orang meninggal dan 500 orang hilang.
Lebih lanjut Daryono mengatakan gempa di Laut Flores M 7,4 ini dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. Hal ini disebut menjadi tantangan bagi para ahli kebumian untuk mengidentifikasi dan memetakan, guna melengkapi peta sumber dan bahaya gempa di Indonesia.
Sebagai informasi, gempa yang terjadi di NTT pada Selasa (14/12) siang merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktifitas sesar aktif di Laut Flores, dengan mekanisme pergerakan geser-mendatar (strike slip).
Daryono mengatakan meskipun pusat gempa ini terletak dekat jalur sumber gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), tetapi pembangkit gempa ini bukan Sesar Naik Flores. Sesar Naik Flores memiliki mekanisme naik, sedangkan gempa ini memiliki mekanimse geser-mendatar.
Usai gempa M 7,4 terjadi BMKG sempat memberi sinyal 'waspada' tsunami di beberapa wilayah seperti Flores Timur Bagian Utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata.
Namun setelah sekitar dua jam memberi peringatan dini tsunami, status tersebut dicabut pada pukul 12.27 WIB.