Panggung Baru Anies Jaga Popularitas Jelang Pilpres 2024
14 Desember 2021, 08:51:59 Dilihat: 250x
Jakarta, -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menayangkan seri video bertajuk 'Dari Pendopo' di kanal Youtube miliknya. Video pertama berisi alasan Anies menayangkan seri video tersebut.
Dalam video itu, Anies menjelaskan alasan di balik pembuatan seri video tersebut. Alasannya, dia ingin membagikan perspektif dari apa yang selama ini ia alami. Ia berharap, seri video ini bisa memperkaya perspektif orang lain.
Anies kemudian menayangkan video kedua yang berdurasi 20.05 menit. Dalam video itu, Anies terlihat duduk di sebelah gambar pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.
Dalam video berjudul 'Buat Jauh Jadi Dekat', Anies membahas mengenai Kepulauan Seribu. Sepanjang 20 menit, Anies menceritakan tentang pembangunan Kepulauan Seribu selama ia menjabat sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Jadi bicara soal Pulau Seribu bukan sekadar menyiapkan kapal, bukan soal sekadar menyiapkan fasilitas air minum, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar. Itu yang nampak, bisa difoto, yang bisa ditunjukkan secara nyata," kata Anies dalam video tersebut.
"Ada yang lebih dasar lagi, perasaan kesetaraan. Perasaan bahwa kita ini adalah satu bagian, sebuah keluarga besar, warga Jakarta. Itu tidak bisa difoto," imbuhnya.
Pengamat komunikasi politik Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo berpendapat penayangan seri video 'Dari Pendopo' itu sebagai salah satu langkah Anies mempersiapkan diri bertarung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang. Pasalnya, Anies kemungkinan besar bakal kehilangan panggung usai masa baktinya sebagai Gubernur Jakarta rampung tahun 2022.
Di sisi lain, menurut Kunto, langkah ini perlu diambil Anies lantaran kompetitornya pada pilpres 2024 seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah lebih dulu menggunakan taktik pencitraan melalui Youtube.
"Ini Saya melihatnya salah satu ikhtiar Anies untuk mendekati calon pemilih yang gemar menonton Youtube, apalagi Youtube adalah salah satu platform media sosial yang paling banyak ditonton di Indonesia," kata Kunto saat dihubungi, Senin (13/12).
Kunto menambahkan, jika Anies tidak berbuat sesuatu, maka namanya bisa saja hilang dari radar pencapresan 2024. Hal ini wajar, lantaran Anies bakal menyelesaikan jabatannya sebagai Gubernur pada 2022 mendatang.
Oleh karena itu, menurut Kunto, Anies memang harus membangun panggungnya sendiri jika namanya masih ingin masuk dalam radar calon presiden pada pemilu 2024.
"Dia harus punya isu tertentu yang kemudian dia bikin isu itu jadi ownership dia, jadi kepunyaan dia, sehingga kalau ngomongin isu itu, orang terasosiasi dengan Anies Baswedan, siapapun yang ngomong," jelas Kunto.
"Dan itu akan menarik, karena dia hanya punya waktu enggak sampai satu tahun untuk kemudian membuat isu ownership ini, supaya dia tidak tergantung dengan posisi dia sebagai gubernur atau panggung-panggung lain di media. Kalau isu ini berhasil dilakukan oleh Anies, maka akan memuluskan jalannya ke 2024," kata dia menambahkan.
Peneliti Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati menilai penayangan seri video 'Dari Pendopo' sebagai upaya membangun narasi politik bagi langkah Anies menuju 2024. Dengan video itu, menurut Wasis, Anies ingin menunjukkan kesetaraan bagi setiap warga dimulai dengan kasus-kasus di Jakarta.
Wasisto juga menilai bahwa hal ini sebagai salah satu upaya Anies untuk menaikkan popularitasnya. Apalagi, selama ini tidak sedikit stigma negatif yang disematkan pada mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
"Saya pikir membuat video itu lebih pada upaya menaikkan popularitas, terutama untuk mengubah persepsi dan stigma negatif publik," jelas Wasis.
Pada seri video yang ditayangkan Anies dalam kanal Youtube-nya, terlihat gambar Pangeran Diponegoro beberapa kali muncul dalam frame. Kunto beranggapan, dalam video tersebut Anies mengirimkan pesan bahwa ia ingin diasosiasikan dengan Pangeran Diponegoro.
Apalagi, Diponegoro merupakan salah satu pahlawan nasional yang sosoknya dikenal nasionalis dan religius.
"Saya melihat Anies ingin diasosiasikan dengan Pangeran Diponegoro. Karena foto di background-nya Pangeran Diponegoro dengan motif batik. Menurut saya, Pangeran Diponegoro adalah salah satu ikon pahlawan di Indonesia, dia nasionalis sekaligus agamis," kata Kunto.
Selain itu, menurut Kunto, pemilihan pendopo sebagai lokasi pengambilan gambar dan menjadi nama seri video tersebut juga bukan tanpa alasan. Ia menilai, hal itu sengaja dilakukan Anies.
"Pendopo adalah asosiasi Jawa, dan di pendopo itu biasanya raja, bupati, raja kecil menerima rakyatnya untuk mendengar keluh kesah atau kemudian menyampaikan petuah-petuah. Pendopo adalah sebuah konstruksi kekuasaan Jawa," ujar dia.
"Anies ingin diasosiasikan dengan model kekuasaan Jawa ini, dan menurut saya ini sesuatu yang oke, karena sebagian besar pemilih kita adalah orang Jawa," ujar Kunto menambahkan.
Sementara, dari sisi konten video tersebut, Kunto melihat bahwa Anies berupaya menyampaikan sejumlah capaian kinerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Senada dengan Kunto, Wasisto juga menilai bahwa foto Pangeran Diponegoro dalam seri video itu menunjukkan bahwa Anies ingin membangun narasi seakan sosoknya seperti Diponegoro.
Menurut Wasis, sosok Diponegoro dikenal sebagai 'Ratu Adil' atau 'Satria Piningit', yakni sosok pemimpin yang dipercaya mampu membawa keadilan dan kemakmuran bagi semesta.
"Dengan demikian, melalui narasi keberhasilan pembangunan di Kepulauan Seribu dan disandingkan dengan foto Pangeran Diponegoro, Anies Baswedan berusaha membangun komunikasi politik sebagai calon pemimpin seperti halnya 'Ratu Adil' tersebut, terlebih lagi yang ditekankan adalah kesetaraan," ujar Wasis.