Palagan Tak Imbang Relawan Ganjar dan Puan di Bayang PDIP
15 Oktober 2021, 13:40:50 Dilihat: 184x
Jakarta, -- Situasi internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bergolak di Jawa Tengah (Jateng). Sejumlah kader mendeklarasikan DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI), mendukung Ganjar Pranowo jadi capres 2024.
Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto alias Pacul geram. Menyebut para kader keluar barisan. Ketua DPP Hendrawan Supratikno tak kalah mengecam. Minta para kader ditertibkan.
"Kalau di luar barisan ya celeng," ujarnya di Sukoharjo, Sabtu (9/10) seperti dikutip detikcom.
"Akan ditertibkan sesuai surat edaran. DPP punya organ yang bertugas untuk itu, dan bekerja dalam terang kehormatan dan kearifan partai," kata Hendrawan, secara terpisah.
Lain sikap terhadap para relawan Ganjar, DPP PDIP dinilai lebih lentur merespons kemunculan kelompok relawan bernama Gema Puan yang bertujuan mendukung Ketua DPP PDIP Puan Maharani maju di 2024. Nihil sentilan dari pengurus PDIP yang mengkritik tentang kegiatan deklarasi tersebut.
Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga menilai ada standar ganda yang diterapkan di internal PDIP dalam merespons deklarasi kelompok relawan. Dia menilai hal ini tak terlepas dari kode Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang mengarahkan kecenderungan dukungan untuk Puan, sang anak.
"Petingginya berani seperti itu karena melihat ada sign (tanda) dari Megawati. Kalau tidak ada sign, saya yakin Pacul tidak akan sekeras itu pada pendukung Ganjar dan Ganjar," ucap Jamiludin kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/10).
Menurutnya, situasi ini terjadi karena dukungan yang mengalir terhadap Ganjar dilihat tidak sebesar dukungan yang mengalir terhadap Joko Widodo (Jokowi) di antara 2012 hingga 2013 yang berhasil menggagalkan langkah Megawati maju kembali menjadi capres di Pilpres 2014.
"Meski muncul sampai Papua, tapi intensitasnya kecil, ini saya khawatirkan dianggap bukan ancaman serius bagi PDIP, kalau begitu maka Ganjar kemungkinan akan semakin ditekan," ucap Jamiludin.
Tidak Imbang
Pengamat politik Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo menyatakan bahwa perang antara Ganjar dan Puan sudah mulai terlihat sejak Puan memberikan arahan kepada kader PDIP di Jateng tanpa mengundang Ganjar.
Ia menilai persaingan antara Ganjar dan Puan berlangsung tidak adil karena lebih banyak elite PDIP yang membela Puan yang merupakan trah Presiden pertama RI Soekarno.
"Karena Puan trah Sukarno. Mereka berusaha meredam Ganjar supaya tak kelihatan genit," ujarnya.
Kunto mengakui, elektabilitas dan popularitas Ganjar dari beberapa hasil survei memang lebih baik dibandingkan Puan.
Namun ia menekankan elektabilitas dan popularitas bersifat sementara dan dinamis. Menurutnya, PDIP bisa saja meningkatkan popularitas dan elektabilitas Puan secara cepat, misalnya dengan langsung mendeklarasikan Puan sebagai capres.
Ia juga menyatakan bahwa Puan belum melakukan langkah yang tepat untuk meningkatkan elektabilitas serta popularitas sebagai capres potensial di 2024.
"Puan belum temukan positioning yang pas," tuturnya.
Terkait peluang Ganjar maju capres di 2024 dengan dukungan dari PDIP, ia menilai masih terbuka. Menurut Kunto, tekanan yang diberikan elite PDIP sebenarnya bisa berbalik menguntungkan Ganjar bila mampu dimanfaatkan secara baik.
Ia pun mengungkit keberhasilan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengalahkan Megawati di Pilpres 2004 dengan memainkan peran sebagai tokoh pesakitan.
"Kalau dikalkulasi kan begini, even is a bad news is a good news, dalam politik elektoral, publikasi apapun bahkan yang buruk akan bantu meningkatkan popularitas hingga elektabilitas. Kondisi ini Ganjar bisa playing victim, SBY pernah memainkan hal yang sama ketika berhadapan dengan Megawati," katanya.