Wanti-wanti Buat Nadiem: Program Chromebook Gagal di Malaysia
04 Agustus 2021, 08:47:24 Dilihat: 192x
Jakarta, -- Pengamat pendidikan Indra Charismiadji menyoroti pengalaman negara tetangga membagi-bagikan laptop dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ke sekolah, namun berujung gagal karena strategi yang tidak tepat. Ia menekankan agar Indonesia tidak membuat kesalahan yang sama.
Diketahui, Mendikbudristek Nadiem Makarim memiliki program Digitalisasi Sekolah. Salah satu misinya yakni membagikan laptop ke sekolah-sekolah.
"Kalau tidak disiapkan nasibnya bisa sama seperti kegagalan program 1Bestarinetnya Malaysia atau program pengadaan tabletnya Thailand," kata Indra melalui keterangan yang disampaikan kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/8).
1Bestarinet adalah sebuah mega proyek pemerintah Malaysia dengan anggaran berkisar Rp14 triliun untuk menyediakan konektivitas internet dan menciptakan lingkungan belajar virtual untuk 10 ribu sekolah. Salah satu upaya yang dilakukan dengan membagikan chromebook dan learning management system (LSM).
Namun proyek itu, kata Indra, akhirnya dihentikan oleh pemerintah Malaysia pada tahun 2019 karena audit menunjukkan hasil program jauh dari harapan yang diwacanakan.
"Malaysia sudah jelas-jelas gagal dengan proyek chromebook-nya. Sekarang kita mau menjalankan proyek yang sama di tengah pandemi pula. Jangan sampai Indonesia kejeblos di lubang yang sama. Itu bodoh sekali namanya," tambahnya.
Indra menjelaskan upaya mendigitalisasi sekolah tidak bisa hanya dilakukan dengan membagi-bagikan laptop dan perangkat TIK. Ia menyebut ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam upaya digitalisasi, yaitu infrastruktur, infostruktur dan infokultur.
"Laptop ini bagian dari infrastruktur, bagaimana dengan infostruktur dan infokulturnya?" tutur dia.
Menurut Indra, persiapan program Digitalisasi Sekolah belum matang. Ia mengatakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Riset belum bisa menjelaskan naskah akademik dibalik pentingnya program ini dilaksanakan.
Indra menyarankan Indonesia lebih baik mengikuti jejak Singapura yang membuat perencanaan awal pendidikan melalui ICT Masterplan in Education (Rencana Utama Digitalisasi Pendidikan). Ia mengatakan Singapura memiliki strategi digitalisasi pendidikan yang matang karena perencanaan itu.
"Singapura yang besarnya hanya seperti satu kecamatan di Indonesia, hanya 300-an sekolah, punya perencanaan digitalisasi pendidikan yang matang dan terukur dengan ICT Masterplan in Education-nya. Kita yang 17 ribu pulau, 260 ribu sekolah, 50 juta siswa, tidak ada perencanaan sama sekali," imbuh Indra.
Sebelumnya, Kemendikbudristek menganggarkan Rp17 triliun untuk memberikan bantuan laptop dan perangkat TIK ke sekolah. Tahun ini anggaran yang digelontorkan untuk program ini sebesar Rp3,7 triliun.
Bantuan yang diberikan meliputi laptop dan perangkat TIK kepada sekolah-sekolah di penjuru daerah. Bantuan yang diberikan berupa laptop, access point, konektor, layar proyektor, speaker aktif hingga internet router.
Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek Samsuri mengatakan kementerian bakal memastikan pemberian bantuan tersebut juga disertai pelatihan bagi guru agar bisa memanfaatkan bantuan semaksimal mungkin.