Wapres Sebut Covid Dipakai untuk Picu Distrust ke Pemerintah
27 Juli 2021, 00:09:03 Dilihat: 157x
Jakarta, -- Wakil Presiden Maruf Amin menyatakan ada sejumlah pihak yang memanfaatkan isu pandemi Virus Corona (Covid-19) sebagai alat untuk membangun ketidakpercayaan atau distrust terhadap pemerintah.
Hal tersebut disampaikan dalam acara Khataman Shalawat Nariyah dan Doa untuk Keselamatan Bangsa dari Wabah secara virtual, Senin (26/7).
"Isu Covid, isu kesulitan ekonomi ini oleh pihak-pihak tertentu dijadikan upaya untuk men-distrust, memberikan ketidakpercayaan kepada pemerintah," kata Maruf dalam sambutannya, Senin (26/7).
Dalam acara dalam peringatan Milad ke 46 Majelis Ulama Indonesia (MUI), Maruf juga meminta seluruh jajaran MUI dari pusat hingga daerah berperan aktif mencegah agar jangan sampai ada kelompok yang menggunakan isu Covid-19 dan kesulitan ekonomi untuk mengobarkan distrust.
"Jangan sampai ada kelompok yang menggunakan isu Covid-19 dan kesulitan ekonomi dalam rangka membangun, mengobarkan distrust, ketidakpercayaan kepada pemerintah," ujarnya.
Oleh sebab itu, menurut Maruf, selain menanggulangi wabah, menjaga keselamatan negara dari hal-hal tersebut juga perlu dilakukan. Sebab, pihak-pihak tersebut justru malah mengeksploitasi isu Covid sebagai alat untuk membangun ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
"Saya ingin sampaikan juga, selain kita menjaga, mengobati, menjaga daripada wabah, yang bahayanya sangat kemana-mana, yang kita harus jaga juga adalah keselamatan negara secara lebih besar," ujar Maruf.
"Dari apa? Dari upaya-upaya orang yang menjadikan wabah, mengeksploitasi wabah Covid ini, dan kesulitan ekonomi dijadikan alat untuk membangun distrust terhadap pemerintah," kata dia menambahkan.
Menurutnya, semua pihak juga menghadapi goncangan-goncangan ekonomi, hingga penyebaran arus informasi, di samping pandemi itu sendiri.
Penyebaran arus informasi ini, kata dia, membanjiri seluruh kanal media masyarakat. Namun demikian, informasi yang beredar itu pun tidak seluruhnya benar.
"Ini semua menunjukkan, jadi kita dalam menghadapi Covid, kita juga menghadapi goncangan-goncangan ekonomi, kita juga menghadapi informasi-informasi yang membanjir di mana-mana. Dan itu ada yang benar, ada yang tidak benar," ungkapnya.
Diketahui, sejumlah pakar menilai penanganan pandemi selama 1,5 tahun tak begitu baik lantaran lonjakan kasus positif dan kasus kematian masih terjadi. Kepentingan ekonomi disebut masih dominan ketimbang kepentingan kesehatan.