Gejolak Prancis dan Silat Lidah Macron
05 November 2020, 09:00:02 Dilihat: 52x

Jakarta -- Sudah sepekan lebih Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi sorotan akibat ucapannya yang kontroversial. Sejumlah pernyataannya yang dinilai menghina Islam menuai kecaman dari penjuru dunia.
Dia juga menyatakan tidak akan menghalangi penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo, yang menyulut amarah umat Muslim, dan mempertahankan kebebasan berpendapat.
Di sisi lain Prancis juga diguncang serangkaian peristiwa berdarah dan lonjakan kasus infeksi virus corona.
Pada 16 Oktober, Prancis dikejutkan dengan pemenggalan kepala yang menimpa seorang guru bernama Samuel Paty (47) karena membahas karikatur Nabi Muhammad S.A.W., kepada murid-muridnya di sekolah tempat dia mengajar. Dia tewas di tangan Abdoullakh Abouyezidovitch (18).
Kemudian pada 29 Oktober pagi waktu setempat, penyerangan kembali terulang di Prancis. Kali ini terjadi di Gereja Notredame Basilica di Nice yang menyebabkan tiga orang tewas dan satu di antaranya dipenggal oleh pelaku.
Penyerangan terbaru terjadi di kota Lyon, di mana seorang pendeta Kristen Ortodoks Yunani, Nikolaos Kakavelaki (52), mengalami luka-luka setelah ditembak penyerang misterius. Dia diserang saat sedang menutup gerejanya pada Sabtu (31/10). Kini ia dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Sebelumnya, sejumlah kelompok dan negara-negara Islam di dunia bersitegang dengan Macron akibat pernyataannya. Pernyataan itu dimulai dari pengumuman majalah Charlie Hebdo, yang akan menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., untuk bertepatan dengan dimulainya sidang sejumlah pelaku yang terkait dengan aksi teror penembakan pada 2015 silam.
Menanggapi hal tersebut, Macron justru mengatakan akan tetap mempertahankan kebebasan berpendapat, termasuk melalui medium karikatur. Dia mengaku tak berhak mencampuri keputusan redaksi media dalam penerbitan tersebut.
"Saya pikir, sebagai Presiden Prancis, saya tidak boleh menilai keputusan editorial, karena ada kebebasan pers yang melekat," ujar Macron pada awal September lalu.
Lantas pada 26 Oktober, Macron menulis di Twitter bahwa negaranya senantiasa menjamin kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Hal itu dia sampaikan menyusul seruan boikot produk Prancis oleh kawasan Arab dan Timur Tengah, setelah dia mengatakan Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.
Saat itu, Qatar dan Kuwait menjadi negara pertama yang menggemakan aksi tersebut dan mengunggahnya di media sosial.
"Kebebasan, kami merayakannya; kesetaraan, kami menjaminnya; persaudaraan, kami menerapkannya dalam kehidupan. Tidak ada yang bisa membuat kami mundur, kapanpun," cuit Macron, seperti dikutip pada 26 Oktober lalu.
Macron menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian. Dia menyatakan tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.
"Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal," ujar Macron.
Usai serangan yang terjadi di Gereja Notredame Basilica di Nice, Macron kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Dia menyebut peristiwa itu sebagai tindakan gila teroris Islam dan menyatakan tak akan menyerah menghadapi terorisme.
"Kegilaan teroris Islam," kata Macron mengutip CNN.
Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan takut dengan tindakan terorisme. Prancis akan tetap memegang nilai-nilai sekularisme dan liberalisme.
"Sekali lagi, pagi ini, tiga warga kami menjadi korban di Nice dan sangat jelas bahwa Prancis sedang diserang," kata Macron.
Macron lalu menyampaikan belasungkawa kepada seluruh umat Katolik atas pembunuhan yang baru saja terjadi.
Dia juga meminta agar setiap penganut agama saling bersatu. Jangan sampai ada perpecahan satu sama lain.
Di sisi lain, Macron mencoba meredam ketegangannya dengan umat Muslim.
Tak seperti serangkaian pernyataan sebelumnya, di mana berbagai pernyataannya selalu terkesan ofensif, kali ini Macron mengeluarkan pernyataan normatif, berupaya menjelaskan maksud dari ucapan-ucapan sebelumnya.
"Saya bisa mengerti bahwa orang bisa dikejutkan oleh karikatur itu, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa kekerasan bisa dibenarkan. Saya memahami perasaan yang muncul, saya menghormati mereka," kata Macron, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, mengutip AFP.
Macron mengklaim, apa yang dilakukannya saat ini hanya-lah dalam rangka menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin.
"Peran saya adalah menenangkan segalanya. Tapi, di saat yang sama, saya juga melindungi hak-hak orang lain."
Macron juga mengatakan akan selalu mendukung kebebasan untuk berbicara, menulis, dan berpikir di negaranya.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright © 2022 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.