Jakarta -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di Benua Afrika telah melampaui 150.000 orang.
Kekhawatiran tetap tinggi karena beberapa negara dari 54 negara di Afrika berjuang untuk menentukan kapan harus kembali membuka sekolah dan perekonomian mereka.
Dilansir Associated Press, Selasa (2/6), Rwanda menjadi negara yang pertama kali memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) di kawasan sub-Sahara, pekan ini memperlambat pelonggaran lockdown setelah melaporkan kasus kematian Covid-19 pertama.
Lebih dari 4.300 orang meninggal akibat Covid-19 di seluruh wilayah di benua Afrika akibat penularan di tingkat lokal meningkat. Sementara jumlah perangkat pengujian dan peralatan medis belum memadai.
Di samping wabah Covid-19, Republik Kongo melaporkan virus ebola kembali muncul di tengah perjuangan melawan pandemi virus corona.
Menteri Kesehatan Kongo, Eteni Longondo mengatakan empat orang meninggal karena Ebola di sebuah distrik di kota barat laut Mbandaka.
Ia juga mengatakan berencana mengunjungi lokasi wabah pada akhir pekan mendatang, serta mengirimkan vaksin dan obat-obatan dengan segera.
Ibu kota Provinsi Equateur, Mbandaka, adalah pusat transportasi di tepi Sungai Kongo dengan populasi lebih dari satu juta.
Equateur sebelumnya dilanda wabah Ebola antara Mei dan Juli 2018, berakibat 33 orang meninggal dan 21 lainnya dinyatakan sembuh.
"Ini adalah provinsi yang sudah berpengalaman akan penyakit ini. Mereka tahu bagaimana merespons. Mereka memulai respons di tingkat lokal kemarin (Minggu)," kata Longondo, dikutip AFP.
Sementara itu, WHO mengatakan akan mengirim tim untuk membantu Kongo.
Selain ebola, Kongo juga berjuang menghadapi campak dan virus corona. Tercatat ada 3.195 kasus positif, sebagian besar di ibu kota Kinshasa, dengan 72 kematian.
"Kami berada dalam periode kenaikan kurva," kata Longondo.
Negara ini juga menghadapi wabah campak yang telah menewaskan lebih dari 6.000 orang sejak awal tahun lalu.
Sumber : cnnindonesia.com