CANBERRA - Perdana Menteri Australia Tony Abbott meminta Indonesia untuk segera melupakan penyadapan yang dilakukan pihak intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurutnya hal ini tidak membantu hubungan kedua negara.
"Indonesia harus melupakan isu penyadapan dan secepatnya," ujar PM Australia Tony Abbott, seperti dikutip Guardian, Senin (16/12/2013).
Permintaan Abbott ini diutarakannya dalam pidato 100 hari dirinya menjabat sebagai perdana menteri. Arogansi Abbott masih terus terlontar dalam pidatonya tersebut. Dirinya bahkan menyalahkan Indonesia yang menghentikan kerja sama penanganan pengungsi ilegal.
"Indonesia harus memaafkan dan melupakan, serta memulai kembali kerja sama mengatasi pengungsi ilegal yang menuju Australia," jelasnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Pemerintah Indonesia menghentikan kerja sama penanganan pengungsi ilegal yang menuju ke Australia. Pada umumnya para pengungsi itu melintasi perairan Indonesia, sebelum akhirnya memasuki wilayah Australia.
Menurut PM Abbott akan menjadi sebuah tindakan dari seorang "sahabat" bila Indonesia memulai kembali kerja sama anti imigran gelap. Presiden SBY sendiri sempat mengatakan akan berupaya untuk memperbaiki kembali hubungan Indonesia-Australia termasuk juga kerja sama militer, imigran gelap serta intelijen, sebelum Juli.
Namun Abbott mendesak agar Indonesi bersedia memulai kembali kerja sama mengatasi imigran gelap sebelum Juli. Abbott sepertinya lupa bahwa pihaknya belum memberikan penjelasan resmi mengenai penyadapan tersebut. Dirinya hanya memmberikan pernyataan penyesalan yang tidak berarti apa-apa. (faj) Fajar Nugraha - Okezone