Arpan Rachman - Okezone
Kamis, 29 November 2012 06:30 wib
Selebrasi pemain Indonesia merayakan gol indah Andik Vermansyah ke gawang Singapura (Foto: Reuters)
KESABARAN dan kecerdikan membuahkan kemenangan. Sabar mengatur ritme permainan. Cerdik mengamati posisi penjaga gawang. Dua poin krusial itu nampak dari penampilan kesebelasan nasional Indonesia ketika meladeni Singapura di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Rabu (28/11/2012), kemarin.
Akibat dihadang imbang Laos 2-2 dalam partai perdana, timnas berada di bawah tekanan jelang berlaga. Sedangkan Singapura sedang diliputi rasa percaya diri karena menghempaskan tuan rumah Malaysia 3-0. Sebelum 90 menit pertandingan, begitulah keadaan kedua kesebelasan.
Pelatih Nilmaizar memarkir dua nama dari daftar 11 pemain inti yang turun di pertandingan pertama. Stopper Handi Ramdhan dan gelandang Tonnie Cusell yang cedera terpaksa diistirahatkan. Striker Bambang Pamungkas pun disimpan di bangku cadangan, baru dimainkan di menit 55.
Di luar dugaan, skema 4-1-4-1 ala Singapura dijiplak habis oleh Indonesia. Elie Aiboy-Vendry Mofu-Irfan Bachdim-Okto Maniani menopang striker tunggal, Rahmat Syamsuddin. Sayangnya, sedikit sekali bola matang disuplai pada Rahmat dari banyak gelandang yang menyokong di lini kedua.
Sementara Taufiq memerankan fungsi ganda, gelandang jangkar sekaligus distributor bola. Ia melapis barisan belakang yang diisi Raphael Maitimo-Fachruddin-Wahyu Wijiastanto-Novan Setya. Kiper cadangan, Wahyu Tri Nugroho, tampil cukup konsisten, sehingga menebar rasa aman.
Coach Nil rupanya memberi instruksi anak asuhnya agar bermain lebih sabar. Sekali-dua umpan panjang yang terburu-buru tetap muncul jadi penyakit kambuhan dari khasanah sepakbola tradisional kita. Masih ada pula beberapa kali bola kosong tak tepat sasaran dikirim secara tergesa-gesa jauh ke depan.
Tapi di ruang tengah, Taufiq bergerak lincah dalam mobilitas yang asyik. Pemain mungil itu ternyata lumayan pintar mengatur tempo. Ia menguasai lini vital, malah berhasil mendikte tim lawan, khususnya setelah di menit 39 Harris Harun diganti Alexandre Duric. Tanpa bayang-bayang Harris yang terus menghantuinya sejak kick-off di sentral lapangan, Taufiq praktis leluasa mengatur serangan.
Kali ini juga bukan hanya Vendry yang berani menembak bola. Tapi Okto, Andik Vermansyah, Rasyid Bakrie, dan bahkan Novan pun punya nyali melesatkan syuting dari jarak jauh.
Kredit khusus perlu disematkan, selain buat Andik si pencetak gol tunggal, terutama kepada Novan. Ia tampil lebih baik ketimbang saat melawan Laos. Tampilannya sekaligus menjawab kritik Okezone. Performanya memikat. Penuh disiplin, bek kiri itu taktis berjaga, jarang mengendurkan tekanan ketat kepada lawan.
Hanya satu kali serangan Singapura luput diredamnya di menit 80. Untung, bola silang Shi Jiayi yang tepat bertemu kepala Duric hanya membentur mistar gawang.
Kemampuan mental kiper muda The Lions, Izwan Mahmud, terbukti belum sestabil rekan-rekan seniornya. Gol Andik mengesahkan betapa teledornya Izwan dalam soal mental yang mempengaruhi teknisnya bermain. Ia maju terlalu jauh dari kotak kecil, sebelum tendangan bebas dilambungkan, padahal masih banyak pemain belakangnya sendiri yang berkerumun mengamankan areal dalam kotak penalti.
Hasil kemenangan ini berkat kesabaran yang cerdik. Sebelas pemain menunjukkan kekuatan organisasi permainan. Tak ada bintang besar, tanpa kejumawaan, bukan tak mungkin kesuksesan mampu dicapai.
Di laga terakhir, lawan Malaysia nanti, patut diperhatikan terutama oleh para penggiring bola, tentang sebuah kebiasaan dalam lapangan pertandingan. Seorang pemain yang terlalu dominan secara individu, alih-alih menyelamatkan, justru bisa jadi faktor negatif yang kontraproduktif bagi kebersamaan dalam kesebelasan.
Lagi pula, tim jiran pasti sudah menyiapkan strategi untuk meredam Andik. Lantaran bintang kecil dari Persebaya itulah pemain kunci di dua laga awal Indonesia pada Piala AFF 2012 ini. (acf)