Manajer Manchester City Roberto Mancini mengatakan timnya pantas meraih juara Liga primer Inggris, menyusul kemenangan dramatis 3-2 atas QPR, pada Minggu (13/05) malam WIB.
Dua gol City lahir di masa pertambahan waktu yang membuat mereka unggul selisih gol atas pesaing terberatnya, Manchester United, yang juga memenangi laga lawan Sunderland 1-0 pada waktu bersamaan.
"Kami telah mengalahkan MU dua kali, dan kami mencetak gol lebih baik ketimbang mereka, sekaligus lebih sedikit kebobolan. Jadi, kami pantas mendapatkan predikat juara," kata Mancini, dalam jumpa pers, usai laga lawan QPR.
Mantan pemain timnas Italia ini kemudian menggambarkan salah-satu resep keberhasilannya membawa anak asuhnya menjadi kampiun.
"Saya tidak pernah menyerah," tandasnya, menggambarkan laga dramatis melawan QPR.
City sempat memimpin 1-0 pada babak pertama, tetapi QPR membalas dua gol pada babak kedua, walaupun mereka tampil dengan sepulu pemain setelah salah-seorang pemainnya, Joey Barton diusir ke luar lapangan.
Tetapi beberapa menit menjelang bubaran, pemain pengganti Edin Dzeko menyamakan kedudukan menjadi 2-2, sementara di tempat terpisah, sang pesaing, MU mampu mengalahkan Sunderland 1-0.
Jika City kalah, maka tamatlah harapan mereka untuk juara.
Namun pada pertambahan waktu, yaitu di menit 94, akhirnya City melalui ujung tombaknya Sergio Aguero, mampu mengantar City meraih juara Liga primer Inggris, yang pernah mereka raih 44 tahun silam.
Menatap dasar jurang
Kemenangan City lahir pada menit-menit terakhir dalam laga melawan QPR.
"Kami memang pantas memenangi pertandingan itu," tambah Mancini, mengomentari peristiwa dramatis di menit-menit terakhir itu.
Secara terus-terang dia menyebut kepastian City meraih juara yang diraih di menit-menit terakhir, merupakan pengalaman yang luar biasa.
"Memang seperti gila menjadi juara pada menit-menit terakhir di akhir musim," katanya lagi.
David Platt, asisten manajer Manchester City David Platt menggambarkan situasi pada 20 menit terakhir: "Dalam waktu 20 menit akhir di babak kedua kami seperti menatap ke dasar jurang".
"Tapi sepakbola memang benar-benar aneh.. Saya tidak bisa menumpahkan emosi saya dalam bentuk kata-kata. Tetapi, yang penting, kami sekarang punya pengalaman memenangkan sebuah pertatungan, dan kami begitu menikmatinya sekarang".
Bagaimanapun filosofi 'tekad tidak mau menyerah' juga diperlihatkanCity ketika mereka pernah tertinggal delapan poin dari pesaingnya, Manchester United, pada April lalu.
Namun kemudian anak asuhnya mampu mengejar ketertinggalan itu, dengan mampu meraih kemenangan dalam enam pertandingan terakhir, sementara MU mengalami grafik menurun.
Vivanews