NEW YORK - Sebuah tim peneliti yang bekerja sama dengan Universitas Cornell, saat ini sedang berusaha membantu anak-anak yang mengalami penderitaan karena cacat bawaan (Congenital Deformities).
Kelainan medis yang lebih dikenal sebagai microtia ini dapat diobati dengan bantuan telinga cetak 3D yang terlihat dan memiliki kemampuan sangat mirip dengan aslinya.
Microtia adalah sebuah kondisi medis yang dialami pasien dikarenakan telinga miliknya tidak mampu berkembang dengan baik. Nyatanya kelainan ini dapat memicu stigmatisasi dan masalah serupa lainnya, itulah sebabnya upaya untuk memperbaikinya telah lama dilakukan oleh para peneliti.
Dikutip dari Softpedia, Minggu (24/2/2013), menurut tim ahli dari Cornell University, keberhasilan pencetakan 3D berhasil dapat digunakan oleh insinyur sebagai telinga pengganti baru bagi mereka yang menderita cacat bawaan.
Dalam rangka mengembangkan telinga ini, para peneliti memulai dengan memasukkan gambar telinga manusia ke dalam komputer, kemudian mereka menggunakan printer 3D untuk menyusun sebuah cetakan yang disuntik menggunakan kolagen.
Setelah melakukan langkah tersebut, para peneliti melanjutkan proses dengan menambahkan sekitar 250 juta sel tulang rawan yang diambil dari telinga sapi.
Selesai menambahkan sel tulang rawan, para peneliti hanya harus menunggu tulang rawan untuk tumbuh dan berkembang.
"Dibutuhkan waktu hingga setengah hari untuk merancang cetakan, satu hingga dua hari untuk mencetaknya, 30 menit untuk menyuntikkan gel, hingga akhirnya 15 menit kemudian telinga dapat dipindahkan dari cetakan," jelas Lawrence Bonassar, seorang Spesialis.