Jakarta -- Kementerian Kesehatan mengungkap hanya ada 17 laboratorium yang bisa digunakan untuk mendeteksi mutasi virus corona (Covid-19) di Indonesia. Kemenkes mengatakan jumlah itu cukup banyak.
"Ada 17 laboratorium. Sudah ditambah sampel pemeriksaannya, jadi sudah cukup untuk sistem pemantauan," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Ia mengatakan setiap laboratorium memiliki kapasitas pemeriksaan 20-30 spesimen setiap hari. Sementara sekali pemeriksaan dapat memakan waktu dua sampai tiga pekan.
Nadia yakin jumlah tersebut sudah cukup untuk saat ini. Pemeriksaan spesimen untuk mendeteksi mutasi dilakukan hanya untuk pemantauan demi mencegah penularan yang lebih luas.
"Karena ini tidak bisa dilakukan seperti pemeriksaan rutin karena metodenya berbeda dan butuh keahlian khusus," tambahnya.
Setidaknya ada dua mutasi corona sudah ditemukan di Indonesia, yakni mutasi varian E484K alias Eek dari Jepang dan B117 dari Inggris.
Jumlah kasus mutasi corona tersebut masih sedikit. Kemenkes baru menemukan satu kasus Eek di DKI Jakarta yang diduga merupakan penularan lokal, karena penderita tidak habis bepergian ke luar negeri.
Sementara kasus B117 yang ditemukan di Indonesia baru 10 orang. Lokasinya berada di DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Sumber cnnindonesia.com