Mudik Lebaran, Trans Jawa dan Sinar Redup Jalur Pantura
05 Juni 2019, 09:00:02 Dilihat: 821x
Jakarta -- Ibarat seorang artis, jalur pantai utara (Pantura) pulau Jawa pernah menjadi primadona masyarakat era 1990-an untuk mudik lebaran. Simpang Jomin, Simpang Celeng, hingga SPBU MURI di Tegal dan Alas Roban kerap menghiasi pemberitaan karena jadi titik kemacetan.
Namun lokasi-lokasi itu kini tak lagi jadi sorotan seiring dengan pengorbitan "artis" baru jalur mudik bernama Tol Trans Jawa.
Simpang Jomin. Ketika itu seluruh mata pernah tertuju kepada kawasan yang terletak di wilayah Karawang, Jawa Barat itu. Setiap tahun jelang lebaran, kabar dari Simpang Jomin selalu dinanti oleh masyarakat di Pulau jawa, terutama saat musim mudik. Kamera sejumlah stasiun televisi ditempatkan di titik itu. Pemudik ingin tahu, macet atau tidak?
Seiring perkembangan waktu, sinar ketenaran Simpang Jomin mulai meredup. Nama simpang Jomin mulai dilupakan Pada 13 Juni 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan jalan tol baru yang diberi nama Cipali atau kepanjangan dari Cikopo-Palimanan.
Tol Cipali menjadi idola baru di kawasan Pantura. Pengguna Jalan dari arah Barat pulau Jawa yang hendak menuju Timur banyak yang lebih memilih menggunakan jalur bebas hambatan itu. Simpang Jomin tak lagi menjadi primadona.
Pos polisi yang hampir setiap tahun menjadi markas para pewarta untuk mengabarkan arus mudik dan arus balik setiap hari raya Idul Fitri, menjadi saksi masa keemasan Simpang Jomin, kini muram.
Pantauan CNNIndonesia.com, Maret 2019, Pos Polisi itu terkunci. Terlihat dari kaca, di dalam pos sejumlah motor diparkir. Wajah Simpang Jomin berbeda. Sejak tol Jakarta-Cikampek dioperasikan tahun 1988, kawasan itu kerap dikenal sebagai jalur macet. Kendaraan dari Jakarta langsung ke luar menuju arah Simpang Jomin. Sejumlah toko kelontong, rumah makan, hingga hotel buka 24 jam.
Irna, seorang pedagang warung yang berada tak jauh dari pertigaan itu mengatakan, sejak tol dibuka keadaan Simpang Jomin menjadi lain.
"Sekarang sepi, warung mie dan bubur kacang ijo yang dulu 24 jam, sekarang sudah tutup, Alfa (minimarket) saja ada yang tutup" kata Irna.
Beruntung masih ada pabrik yang ada di dekat pintu tol Cikampek, dan terkadang ketika macet saat libur panjang atau libur hari raya, rekayasa lalu lintas dilakukan dengan mengalihkan arus kendaraan ke luar tol Cikampek.
"itu juga kalau macet parah," katanya.
Iwan, penjaga toilet umum di Simpang Jomin, juga merasakan perubahan kondisi.
"Sekarang sudah sepi dibandingkan sebelum zaman tol dibangun," katanya.
Menurutnya, sejak tol Cipali beroperasi pada 2015, pendapatannya menurun hingga 75 persen.
"Kalau dulu bisa kena Rp100 ribu sehari sekarang paling Rp25 ribu," kata dia.
Dodi (34), seorang tukang ojek yang biasa mangkal di simpang Jomin juga merasakan hal sama. Kata dia, penghasilannya saat ini tak menentu.
"Dulu biasanya sebelum ada tol, bisa Rp100 ribu sekarang Rp50 ribu saja sudah bersyukur," kata dia.
Keberadaan tol Cipali telah memangkas jumlah pengguna jalan di jalur Cikampek. Data Kementerian Perhubungan pada musim lebaran tahun 2015 menunjukkan volume kendaraan pribadi yang melintas jalur Pantura anjlok hingga 91 persen.
Tol Cipali yang menghubungkan Cikopo hingga Palimanan terbentang sepanjang 116 kilometer dan terdiri dari enam seksi. Cikopo-Kalijati (29 km), Kalijati-Subang (9,55 km), Subang-Cikedung (31,35), Cikedung-Kertajati (17,65 Km), Kertajati-Sumberjaya (14,50 Km), dan Sumberjaya-Palimanan (13,70).
Tak hanya Simpang Jomin, primadona Pantura lainnya Simpang Celeng pun juga memudar. Pertigaan di Kecamatan lohbener Indramayu itu juga tak seramai dahulu. Kemacetan yang biasanya terjadi di jam-jam tertentu, menurut penuturan warga sekitar mulai tak terlihat lagi
Kondisi sama juga mulai dirasakan di SPBU MURI di Tegal. Sempat menjadi viral dan tujuan utama, kini SPBU itu sepi.
Fikri, Supervisor di SPBU yang telah lima tahun bekerja di SPBU tersebut mulai merasakan perubahan.
"Terasa banget sih (penurunannya), terutama dari mobil pribadi. Kalau kendaraan truk-truk besar sih masih lumayan banyak. Turunlah lumayan pas mulai pembukaan di desember itu," katanya.
Kata Fikri, dari sisi penjualan BBM penurunan tak terlalu terasa, tapi dari sisi omzet bisnis lainnya seperti cafe dan toilet sangat dirasakan.
Fikri bercerita, musim lebaran tahun 2017 merupakan puncak kejayaan SPBU MURI. Ketika itu, tol baru sampai Brexit. Mau tidak mau pengendara yang hendak menuju arah Timur seperti Semarang, Surabaya, harus keluar di Pintu tol Brebes Timur kemudian melanjutkan perjalanan melalui jalur Pantura. Tentu saja, melewati SPBU.
Keramaian pun berdampak pada pendapatan SPBU, terutama dari sisi toilet.
"Kalau dulu baru dipel, sebentar saja sudah kotor. Sekarang lengang," katanya.
Tol Transjawa merupakan salah satu infrastruktur yang dibanggakan pemerintah. Tol ini memanjang dari mulai Merak, Benten hingga Pasuruan, Jawa Timur.
Diperkirakan banyak pemudik yang akan melintas di tol ini meski harus mengeluarkan uang tak sedikit. Untuk kendaraan pribadi, dari Merak hingga Pasuruan, pengguna harus merogoh kocek Rp775 ribu.
Alasan utama pengguna tentu saja bebas macet dan kondisi jalan yang lebih baik. Namun dengan penggunaan jalan tol ini tentu bakal mematikan roda ekonomi di jalur luar tol seperti Pantura yang selama bertahun-tahun disokong oleh kendaraan yang melintas di jalur legendaris itu.
Sumber : cnnindonesia.com