Angkasa Yudhistira - Okezone
Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone)
JAKARTA - Bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) merupakan kompensasi atas rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kebijakan tersebut, mendapat pandangan beragam, baik yang pro maupun kontra.
"Ini yang harus kita cermati benar. Ada dua implikasi dari balsem (BLSM) ini. Pertama, tentu makin memiskinkan mentalitas mandiri bangsa kita. Mendapatkan dana dengan cuma-cuma, itu sedikit banyak memberi implikasi munculnya kesadaran bahwa tanpa kerja keras, duit pun akan ada," ungkap Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti dalam pesan singkatnya kepada Okezone, Rabu (19/6/2013).
Kedua, lanjut Ray, BLSM secara tidak langsung mengajak pemilih untuk terjebak pada penilaian bahwa Parpol yang baik adalah parpol yang menyediakan bantuan-bantuan sosial.
"Akibatnya, partai politik kita dinilai bukan lagi pada soal visi-misi, komitmen kebangsaan dan lain-lain, tapi pada soal kehadirannya dengan seperangkat bantuan bersifat fisik," terangnya.
Atas dasar itu, Ray menyatakan, perlu adanya formulasi yang tepat bagi agar peredaran bantuan-bantuan, tidak marak terjadi menjelang Pemilu ataupun Pilkada.
"Tentu saja untuk jangka pendek dan panjang, situasi ini makin menyumbang praktek-praktek politik uang di tengah masyarakat. Ini seperti politik uang yang dilegalkan. Efeknya, makin sulit bagi kita untuk membangun masyarakat yang sehat secara politik," tandasnya.
Dikatakan Ray, BLSM telah menjadi strategi politik tersendiri bagi partai politik yang merubah cita rasa masyarakat yang tadinya objektif dan rasional, menjadi pragmatis dalam memilih partai.
"Bagaimana bisa menyebut apakah partai ini layak dipercaya atau tidak, kalau defenisi partai yang baik di mata masyarakat adalah partai yang bagi-bagi balsem (BLSM). Kan sudah sulit memisahkannya," pungkasnya.
(hol)