Tembak Mati Terduga Teroris, Densus Jangan Pelintir Fakta
11 Juni 2013, 09:16:00 Dilihat: 103x
Tri Kurniawan - Okezone
JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyesalkan tindakan Tim Densus 88 kembali menembak mati seorang warga Poso yang juga terduga teroris, Nudin dalam kondisi tidak berdaya. Komnas HAM meminta Densus jujur mengakui dan jangan memelintir fakta seolah korban melakukan perlawanan.
"Kita mendapatkan fakta bahwa korban sama sekali tidak bersenjata dan tidak melawan, karena malah mau melarikan diri," kata Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani melalui pers rilis kepada Okezone, Selasa (11/6/2013).
Siane lalu memaparkan kronologis kejadian pada Senin, kemarin, sekira pukul 15.35 Wita. Terduga yang mengendarai sepeda motor Honda Revo DN 4159 EI yang sudah dibuntuti oleh anggota Densus melintas di Jalan P Seram.
Pukul 15.40 Wita, ketika sampai di Jalan Irian tepatnya di depan lorong P Seribu motor tersebut ditabrak mobil anggota Densus yang membuntuti. Setelah motor terjatuh, terduga yang berjumlah dua orang sempat melarikan diri masuk ke dalam lorong P Seribu.
Lanjutnya, karena melihat terduga lari, maka anggota Densus melepaskan tembakan sebanyak delapan kali, satu orang berhasil ditangkap dengan luka tembak. Sementara, satu lainnya berhasil melarikan diri.
"Sementara sepeda motor yang di gunakan terduga jaringan kelompok radikal tertinggal di TKP dan diamankan oleh anggota Koramil Poso Kota," terangnya.
Situasi masih memanas karena tiang listrik sudah dipukul oleh massa. Massa kemudian bergeser ke Polres Poso dan membakar ban bekas. Masyarakat mendapat kabar korban tewas, meminta jasadnya tetapi tidak dipenuhi.
"Tindakan Densus yang sangat represif ini malah memprovokasi warga. Kita berharap massa bisa menenangkan diri, jangan terpancing karena justru akan menimbulkan korban lain.
Komnas HAM, lanjutnya, menyesalkan pernyataan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar yang menyebut, korban ditembak karena membahayakan petugas, maka Densus terpaksa menembak.
"Pernyataan Boy Rafli berlawanan dengan fakta di lapangan," ungkapnya. (trk)