Angkasa Yudhistira - Okezone
dokumentasi okezone.com
BEKASI - Bau busuk yang menyengat dari gundukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, tak mampu lunturkan harumnya perjuangan Sumiah (41) dalam melalui perjalan hidupnya. Setiap hari, wanita yang akrab disapa Sumi itu sibuk mencuci sampah plastik hasil memulung pada malam sebelumnya.
Biasanya, sekira pukul 23.00 WIB, suami tercintanya, Suwiryo (46), memulai aktifitasnya untuk mengumpulkan sampah dari gunung sampah atau yang biasa disebut bulok oleh pemulung sekitar. Dan saat ini, sang suami nampak tertidur, berbagi tugas dengan Sumi.
Layaknya Raden Ajeng Kartini, memperjuangkan kesetaraan derajat wanita dengan pria terutama dalam dunia pendidikan, Sumi pun tak sudi jika apa yang dialaminya, juga terjadi pada Sri, anak semata wayangnya.
"Saya ini SD saja tak lulus, tapi Alhamdulillah, anak saya bisa lulus SMA. Alhamdulillah dia sudah bekerja di PT (pabrik)," kata Sumi saat berbicang dengan Okezone di depan tempat tinggalnya yang terbuat dari triplek bekas dan tumpukan terpal sebagai atapnya, Minggu (21/4/2013).
Namun, dengan keluguannya, Sumi mengaku dirinya tak mengenal sosok Kartini. "Cuma pernah denger lagunya saja, enggak tahu orangnya. Apalagi, apa tadi mas? Hari Kartini? Wah enggak tahu saya," ujar perempuan yang enggan wajahnya diabadikan dalam foto ini.
Kendati tak banyak tahu mengenai sejarah perjuangan Kartini, dua puluh tahun hidup dalam ruangan sempit sekira 3x5 meter dengan tinggal diantra kerasnya lingkungan pemulung bulok, Sumi menjelaskan mimpi besarnya dalam pendidikan anak cucunya.
Dan demi mimpi besarnya itu, Sumi beserta suami yang kini hanya tinggal berdua, setelah buah hati cantiknya itu mendapat pinangan dari lelaki idamannya, ikhlas menyisihkan sebagian dari pendapatannya per hari sekira Rp70 ribu.
"Saya enggak lulus SD tapi anak saya SMA. Karena anak saya SMA, berarti cucu saya nanti harus jadi sarjana. Sekarang dia (cucunya) baru satu tahun umurnya," tegas Sumi.
Melihat semangat Sumi, sosok Kartini seolah hidup kembali. Saat mata itu telah banyak kerutan dan rambut putih yang sedikit keluar dari tutup kepalanya, dengan teduh Sumi pun berpesan. "Kalau kita terus doa, mugo-mugo Gusti Allah beri jalan," tutupnya.