03 Januari 2013 | 11:50 wib
(eko wahyu budi/CN37)
image
Kehadiran bangsa Belanda di Pulau Jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan. Kebudayaan Barat (Belanda) dan kebudayaan Timur (Jawa) yang masing-masing didukung etnis dan struktur sosial berbeda bercampur. Lambat laun pengaruh tersebut makin besar dan mempengaruhi berbagai bidang dan unsur kebudayaan. Menurut Djoko Sukiman, dalam bukunya "Kebudayaan Indis, Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi", sebutan "Indis" sendiri berasal dari istilah Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda dalam bahasa Indonesia. Itulah nama suatu daerah jajahan Pemerintah Belanda di Timur Jauh, dan karena itu sering disebut juga Nederlandsch Oost Indie.
Kehadiran orang-orang Belanda selama tiga abad di Indonesia tentu memberi pengaruh pada segala macam aspek kehidupan. Perubahan antara lain juga melanda seni bangunan atau arsitektur. Awalnya bangunan dari orang-orang Belanda di Indonesia khususnya di Jawa, bertolak dari arsitektur kolonial yang disesuaikan dengan kondisi tropis dan lingkungan budaya. Penggunaan kata Indis untuk gaya bangunan seiring dengan semakin populernya istilah Indis pada berbagai macam institusi seperti Partai Indische Bond atau Indische Veeneging. Arsitektur Indis merupakan asimilasi atau campuran dari unsur-unsur budaya Barat terutama Belanda dengan budaya Indonesia khususnya dari Jawa.
Gaya Indis sebagai suatu hasil perkembangan budaya campuran Belanda dan pribumi Jawa menunjukkan adanya proses historis. Unsur-unsur normatif gaya Indis terbentuk oleh keadaan yang khusus. Gaya Indis sebagai fenomena historis timbul dan berkembang sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi historis, politik, ekonomi, sosial dan seni-budaya. Faktor yang menentukan dalam perkembangan pola hidup gaya Indis ini antara lain, adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagai rakyat jajahan, karena lahir sebagai keturunan Eropa dan Jawa, keinginan untuk hidup lebih baik, bekerja pada penguasa penjajah, mendapat pendidikan atau jabatan yang tinggi.
Sebelum kedatangan Belanda, sebenarnya sudah banyak bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu datang ke Indonesia antara lain dari Cina, India, Vietnam, Arab, dan Portugis, yang memberi pengaruh pada budaya asli. Karena itu, dalam bangunan Indis juga terkandung berbagai macam unsur budaya tersebut.
Bentuk perkawinan budaya tersebut bisa kita lihat dari contoh bentuk rumah di Jawa. Rumah bergaya Indis sepintas tampak seperti bangunan tradisional dengan atap berbentuk Joglo Limasan. Bagian depan berupa selasar terbuka sebagai tempat untuk penerimaan tamu. Kamar tidur terletak pada bagian tengah, di sisi kiri dan kanan, sedang ruang yang terapit difungsikan untuk ruang makan atau perjamuan makan malam. Bagian belakang terbuka untuk minum teh pada sore hari sambil membaca buku dan mendengarkan radio, merangkap sebagai ruang dansa.
Pengaruh budaya Barat terlihat pada pilar-pilar besar, mengingatkan kita pada gaya bangunan Parthenon dari zaman Yunani dan Romawi. Pintu terletak tepat di tengah diapit dengan jendela-jendela besar pada sisi kiri dan kanan. Antara jendela dan pintu dipasang cermin besar dengan patung porselen. Khusus untuk gedung-gedung perkantoran, pemerintahan, dan rumah-rumah dinas para penguasa di daerah masih ditambah lagi dengan atribut-atribut tersendiri seperti payung kebesaran, tombak dan lain-lain agar tampak lebih berwibawa.
Orang-orang Belanda, pemilik perkebunan, golongan priayi dan penduduk pribumi yang telah mencapai pendidikan tinggi merupakan masyarakat papan atas, ikut mendorong penyebaran kebudayaan Indis lewat gaya hidup yang serba mewah. Kebudayaan Indis sebagai perpaduan budaya Belanda dan Jawa juga terjalin dalam berbagai aspek misalnya dalam pola tingkah laku, cara berpakaian, sopan santun dalam pergaulan, cara makan, cara berbahasa, penataan ruang, dan gaya hidup.
Kebudayaan Indis tersebut sampai saat ini dapat diketahui melalui berbagai sumber. Sumber tersebut yaitu berita tertulis (baik karya orang Jawa, Belanda maupun eropa yang lain) dan lainnya, peninggalan bangunan yang masih ada, sketsa, lukisan, hasil penelitian alam, dokumen pejabat VOC, dokumentasi pemerintah dan fotografi (setelah ditemukan alat potret).
Gaya hidup golongan masyarakat pendukung kebudayaan Indis menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan kelompok sosial lainnya. Terutama dengan kelompok masyarakat tradisional Jawa. Tujuh unsur universal kebudayaan Indis, (seperti halnya tujuh unsur universal yang dimiliki semua bangsa), mendapatkan bentuk yang berbeda dari akar budaya Belanda maupun pribumi Jawa.
Kehidupan sosial dan ekonomi yang rata-rata lebih baik memungkinkan mereka memiliki rumah tinggal berukuran besar yang bagus di dalam kompleks yang wilayahnya khusus pula. Salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang adalah gaya hidupnya, yaitu berupa berbagai tata cara, adat istiadat serta kebiasaan berperilaku, dan mental sebagai ciri golongan Indis.