Isnaini - Okezone
Rabu, 05 September 2012 07:01 wib
Ilustrasi (Foto: dok Okezone)
JAKARTA- Penembakan terduga teroris Farhan dan Mukhsin di Solo oleh tim Densus 88 dinilai akan memicu dendam bagi pihak keluarga terduga teroris.
Menurut pendiri Institut kebijakan Publik, Usman Hamid, tindakan anti terorisme yang dilakukan polisi selama ini cenderung berlebihan dan terlihat arogan. "Bagaimana perasaan pihak keluarga dari terduga teroris, melihat anggota keluarga mereka yang diperlakukan tidak manusiawi, bisa menjadi efek lanjutan yaitu dendam dan dikhawatirkan akan melakukan aksi serupa," ujar Usman ketika dihubungi okezone, Selasa (4/9/2012).
Usman menambahkan, tim anti teroris selalu mengambil jalur pintas dan lebih seperti pemusnahan bukan sebagai tindakan penegakan hukum. "Mereka masih terduga, bagaimana kalau tidak terbukti, siapapun yang melakukan tindak kejahatan harus dibuktikan dulu ke meja hijau, Ini seperti pemusnahan terhadap orang yang lemah, apalagi yang diduga teroris berasal dari kalangan pinggiran,"jelas Usman.
Seperti diberitakan sebelumnya, polisi antiteror menyergap tiga orang yang diduga menembak Ajun Inspektur Dua (Anumerta) Dwi Data Subekti hingga tewas. Dua dari tiga terduga pelaku itu, yakni Farhan Mujahidin (19) dan Mukhsin Sanny Permadi (20), tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Solo. Satu lainnya, Bayu Setiono, warga Tipes, ditangkap di kediaman mertuanya di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.
(ugo)