Kamis, 19 Juli 2012 - 20:10 wib wib
Iman Herdiana - Okezone
ilustrasi
BANDUNG- Hilal sebagai patokan untuk menentukan awal bulan dalam kalender Hijriah. Begitu juga untuk menentukan 1 Ramadan, posisi hilal memegang peranan penting.
Hasil simulasi astronomi Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan bahwa hari ini Kamis (19/7/2012) posisi bulan kurang dari dua derajat. Sehingga hilal sulit untuk diketahui dengan metode imkamnur ruyat. Metode ini biasa dipakai untuk menentukan awal bulan termasuk Ramadan di mana posisi bulan minimal harus 2 derajat di atas ufuk (ada kesalahan penulisan pada berita sebelumnya ditulis 4 derajat).
Lalu mengapa hilal hari ini sulit diamati? Peneliti astronomi Hakim L Malasan menjelaskan posisi hilal saat ini berada di bawah 0,2 derajat (satu derajat empat menit). Waktu bulan di atas ufuk juga sebentar, hanya delapan menit.
Faktor yang membuat bulan sulit diruyat karena terkait dinamika bulan yang mengelilingi bumi dan bumi mengelilingi matahari. Konfigurasi bulan, bumi, matahari ini memengaruhi posisi bulan.
Selain itu, Indonesia memiliki jarak yang dekat dengan bulan sehingga akan selalu menghadapi situasi sulit dalam menentukan awal bulan Hijriah. "Beda dengan di Afrika Selatan yang posisi hilalnya selalu lebih tinggi," papar Hakim.
Mantan Kepala Observatorium Bosscha yang juga dosen astronomi ITB ini menambahkan, faktor lain yang membuat sulitnya melihat hilal adalah cuaca yang mendung. Bahkan di Bandung dan beberapa tempat pengamatan lain, terjadi hujan tipis. Sementara tinggi bulan yang hanya 0,2 derajat juga kalah dan tertutup oleh sinar matahari yang masih cukup terang.
"Dari hasil simulasi astronomi, saya tidak yakin dalam pengamatan dapat melihat hilal. Tetapi tetap kita akan teropong arahkan bulan. Kalau besok saya optimis bisa lihat hilal," ujarnya.
Besok, Jumat 20 Juli 2012 tinggi hilal 12 derajat di atas ufuk. Menurut metode imkam ruyat yang mematok tinggi bulan maksimal 2 derajat di atas ufuk, dengan posisi 12 derajat itu hilal akan mudah diruyat.
Hakim menjelaskan, Bosscha salah satu titik pengamatan hilal yang hasilnya akan disampaikan secara online ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Agama. Kedua kementerian ini bekerja sama dengan para astronom untuk mengamati hilal di 18 titik di Indonesia, di antaranya di Aceh, Medan, Riau, termasuk Bosscha dan lain-lain.
Hakim menegaskan, pihaknya hanya menyajikan hasil perhitungan dan pengamatan hilal secara ilmiah. Sedangkan yang menentukan awal puasa adalah Kemenag.
"Kita tidak beri rekomen kapan waktu ibadah puasa. Tapi inilah pengamatan hilal yang bisa kita sajikan ke Kemenag supaya bisa objektif untuk menentukan awal puasa pada sidang isbat. Kami juga tidak hadir pada sidang isbat. Yang hadir adalah yang punya hak suara kapan dimulainya Ramadan," urainya.