Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring mengingatkan agar pers tidak melupakan jati dirinya sebagai pejuang yang membela kepentingan rakyat.
"Insan pers harus mampu memediasikan publiknya terhadap perkembangan dan perubahan yang ada. Tidak hanya sekadar memberikan wacana dan menyebabkan keresahan dan kebingungan di masyarakat," ungkapnya di Jambi, Kamis (9/2).
Menurut dia, idealnya saat ini pers bersama-sama elemen lainnya harus mampu menjadi pemecah permasalahan negara ini demi kepentingan bangsa dan negara.
Sebagai pilar keempat demokrasi diluar dari tiga pilar lainnya yakni lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif, pers memiliki peranan sebagai kontrol sosial terhadap pilar-pilar yang lainnya.
Peran tersebut memang tidak mudah dilaksanakan terlebih pers telah menjadi industri, di mana para wartawan di setiap perusahaan pers memiliki peluang untuk memihak pada kepentingan tertentu.
Sementara itu, Ketua Dewan Pers Bagir Manan mengatakan kemerdekaan pers saat ini belum aman. Pers acapkali mendapatkan ancaman dalam menjalankan tugasnya.
"Dalam kenyataan hambatan kemerdekaan pers itu bukan dari kalangan tertentu, tapi bisa juga dari publik. Karena ketidakmengertian ataupun karena hasutan," ujarnya.
Menurut dia, hal itu terjadi karena dalam 66 tahun kemerdekaan bangsa ini, selama 40 tahun masyarakat berada dalam sistem otoriter. Di dalam sistem otoriter itulah kemerdekaan pers terus dibungkam dan selalu berada dalam ancaman.
Selain itu, kebebasan dan kemerdekaan pers masih terbelenggu oleh ulah pers itu sendiri. Hal itu biasanya terjadi karena adanya penekanan yang dilakukan oleh manejemen pers itu sendiri sehingga informasi yang disampaikan tidak sesuai lagi.
Dijadwalkan hari ini menjadi acara puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2012 di Jambi, yang akan dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden akan tiba di Jambi pada pukul 10.22 WIB.(ANT/MEL)
Sumber: Liputan6.com