Jakarta -- Bank Indonesia (BI) mengakui virus corona telah memberi dampak negatif terhadap perekonomian, khususnya pada nilai tukar rupiah dan harga saham bulan ini.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut corona telah melemahkan rupiah sebesar 1,08 persen secara year-to-date (ytd) hingga mencapai level sekitar Rp14 ribu. Infeksi virus juga telah mengakibatkan aliran modal keluar sebesar Rp30,8 triliun hingga akhir Februari.
"Untuk Indonesia, memang (virus corona) ini berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah dan juga saham," kata Perry di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (28/2).
Perry menjelaskan tekanan terhadap rupiah itu tidak sebesar negara-negara lainnya, khususnya yang berada di wilayah Asia. Menurutnya, negara-negara lain memiliki pelemahan mata uang yang lebih besar dari Indonesia.
Ia kemudian memberi contoh perbandingan pelemahan mata uang negara lain di Asia, seperti won Korea Selatan yang melemah 5,07 persen, dan baht Thailand yang melemah 6,42 persen.
"Ringgit Malaysia juga lebih tinggi dari Indonesia, dengan pelemahan 2,91 persen. Jadi dibandingkan dengan negara lain, pelemahan rupiah itu relatif rendah," jelasnya.
Selanjutnya, Perry menjelaskan terjadinya outflow (aliran keluar) investor saham bulan ini adalah akibat meradangnya pasar keuangan global dari dampak penyebaran corona.
Hal tersebut adalah imbas dari para investor yang memperkirakan penyebaran corona bakal lebih meluas.
"Investor global yang dalam kondisi seperti ini, memang kecenderungannya mereka (investor) melepas investasi portofolionya di berbagai negara, tidak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara lain," ungkap Perry.
Dari total investasi saham yang keluar dari Indonesia sebesar Rp30,8 triliun secara tahunan, Perry merinci outflow dari Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp26,2 triliun, ditambah nilai saham sebesar Rp4,1 triliun.
Sementara itu, secara ytd, Perry mengaku total investasi saham yang keluar sebesar Rp16 triliun dengan outflow SBN sebesar Rp11 triliun dan outflow saham Rp1,6 triliun.
Walaupun saat ini terjadi outflow, Perry optimis investasi yang keluar tersebut akan kembali masuk ke dalam negeri apabila kondisi terkait virus corona sudah mulai stabil. Ia mengaku BI akan terus memantau kondisi investor ini ke depan.
"Merekan (investor) cenderung jual dulu, kemudian outflow load, kemudian (apabila) kondisi membaik, masuk lagi. Tentu saja ini akan terus kami pantau," pungkasnya.
Sumber : cnnindonesia.com